Minggu, 20 Oktober 2019

Kumpulan Kultum Ramadan 1440 H Santri Putra Al-Chudlorie

KUPAS DURI DOSA NIKMATI BUAH PAHALA



Kumpulan Materi Kultum Ramadan 1440H Santri Putra Pesantren Mahasiswa Al-Chudlorie kali ini bertemakan "Kupas duri dosa nikmati buah pahala" kumpulan ini dibukukan sebagai kenang-kenangan, berikut adalah materi-materi kultum yang ditulis oleh santri putra :

Niat

~ Oleh : Dzikri At Thooriq ~


Niatkan karena Allah itu adalah termasuk sabda nabi yang kita harus yakini dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Karena niat/tekad  itu ibarat pondasi bangunan. Apabila niat/tekad kita tidak kuat maka ibarat bangunan tentu akan roboh, ibadah tidak diiringi niat/tekad yang kuat maka kita ibadah kita tidak bisa istiqomah dengan baik, itu ibaratnya pondasi yang tidak dibuat dengan bahan yang kuat dan tidak dibuat dengan baik dan benar maka saat bangunan tersebut ditambahkan tingkat pada bangunan tersebut yang terjadi yaitu bangunan itu akan roboh karena pondasi tekad tidak kuat dengan tingginya tingkatan cobaan tersebut. Maka bahan pondasi seperti apa yang harus digunakan untuk mambangun bangunan bertingkat yang tinggi ?, bagaimana cara yang membangun pondasi yang benar ?
    Niat yang benar serta kuatkan tekad ibadah supaya ibadah kita bisa di terima oleh Allah dan kita istiqomah dalam beribadah. Hal yang terpenting untuk membenarkan niat dalam beribadah yaitu berprinsip Solatku, Ibadahku, Hidupku, dan Matiku untuk Allah semata. Maka meningkatkan keimanan kita perlu ditingkatkan dengan benar. Jangan sampai berprinsip Solatku, Ibadahku, Hidupku, dan Matiku untuk Tiga Ta, Tiga yang dimaksud yaitu Harta, Tahta, Wanita. Ketiga itu adalah hal yang membuat niat beribadah kita melenceng yang akibatnya tak memperoleh pahala apapun dari ibadah yang kita perbuat. Misalnya solat berjamaah di masjid niat ingin memperoleh pahala 27 mungkin akan memperoleh pahala 27 sesuai apa yang dilalkukan, tapi kalo niatnya nuker sandal di masjid beda lagi dengan apa yang kita peroleh yang kita  hanya dapat sandal yang bagus.
     Niat juga bisa di ibaratkan bahan bakar maka apabila misalkan niat kita di majelis ilmu atau di tempat pengjian untuk memperoleh ilmu dan pahala maka cara duduknya, posisi duduknya di depan atau belakangnya akan keliatan, dan juga bawa bolpoin dan buku untuk mencatat dan lain-lain pasti kelihatan kalau mereak di majelis ilmu ini niat karena Allah, beda kalau datang ke majelis niat karena ingin makan snack, letak duduknya asalan-asalan, ngobrol, bawa buku bolpen ? itu hal yang mustahil.
   Tatalah niat dalam hidup di dunia ini yaitu mencari berkah dari Allah semata bukan harta, tahta, wanita atau yang disebut Tiga Ta.ingatlah hidup cuman sekali dan ingatlah Azab Allah apabila kita melanggar larangannya. Cara yang ampuh untuk meluruskan niat kita yang salah yaitu meningkatkan keimanan kita dengan cara mengingat kematian, perbanyak dzikir dan berdoa kepada Allah SWT. Harapan saya dalam penyampaian kultum hari ini sebenarnya hanya untuk mengingatkan anda semua untuk selalu di jalan Allah yang benar.

Memperbanyak Doa di Bulan Romadhon

~ Oleh : Fani Suryawan ~

Sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala maha pemberi kepada makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta kepada-Nya. Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya di kertas, entah berapa lembar akan terpakai.
            Bulan ini yang bertepatan dengan bulan romadhon, yaitu bulan kemuliaan, bulan yang penuh dengan berkah, waktu di mana disitu doa akan dikabulkan atau yang sering disebut dengan waqtil mustajabah. Maka dari itu marilah kpada bulan ini kita manfaatkan sebagai ajang untuk memohon ampunan, memohon pertolongan Kepada Allah SWT dengan cara berdoa dengan Khusyu’. Bersikaplah positive thinking bahwa Allah akan mengabulkan doa kita Di antara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut  dikabulkan. Di antara waktu-waktu tersebut adalah:
1.         Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa di sepertiga malam yang terakhir. Allah Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:

ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له ، من يسألني فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
2.         Ketika berbuka Puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena di waktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian menahannya. Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda  Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
Maka dari itu, marilah kita selalu berdoa, memohon pertolongan kita kepada Allah SWT. Terutama pada bulan Romadhon tahun ini. ingat, janganlah sia-siakan kesempatan ini. Gunakanlah waktu sebaik mungkin agar kita tidak tergolong dalam golongan orang yang menyia-nyiakan waktu. Naudzubillahi Mindzalik.

Gembira Menyambut Ramadhan

~ Oleh : Moch Firda ~

Ramadhan Kariim, Marhaban Ya Ramadhan … Bulan Ramadhan telah benar-benar datang menjelang. Kaum muslimin kembali bergembira dengan datangnya bulan yang mulia ini. Setelah sebelas bulan kita mengarungi kehidupan yang penuh warna-warni, maka inilah momentum yang tepat bagi kita semua untuk membersihkan diri dari segala dosa yang melekat tanpa kita sadari.
Kaum Muslimin yang berbahagia …
Sungguh kita semua bergembira sepenuh hati dengan datangnya Ramadhan yang penuh berkah. Rasa gembira ini adalah cerminan ketakwaaan yang ada dalam hati kita, karena sejatinya bulan Ramadhan adalah salah satu dari syiar dalam agama kita, yang harus senantiasa kita hormati dan agungkan. Allah SWT berfirman :
 “ Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj 32)
Karenanya, sungguh mengherankan jika ada sebagian kaum muslimin yang justru merasa berat dengan hadirnya Ramadhan, merasa bahwa Ramadhan mengekang segala kebebasan dan kemerdekaannya. Atau ada pula yang merasa biasa-biasa saja, merasa bahwa Ramadhan hanyalah rutinitas belaka, yang datang silih berganti sebagaimana bulan-bulan lainnya. Sikap seperti ini, tentu saja bukan cerminan ketakwaan yang ada dalam hati. Melainkan timbul dari hati yang sakit atau jiwa yang lekat dengan maksiat. Tentu saja kita berlindung dari sikap yang demikian …Naudzu billah tsuma naudzu billah.
Ma’asyirol mukminin rahimakumullah
Kegembiraan kita tentu saja bukan sebagaimana kegembiraan anak-anak kecil dengan hadirnya Ramadhan. Karena mereka juga bergembira dengan datangnya bulan mulia ini, karena mempunyai waktu banyak untuk bermain bersama teman, bahkan –mungkin saja- gembira karena adanya petasan, dan janji pakaian baru di hari lebaran. Kegembiraan yang semacam ini tentu saja melekat pada diri anak-anak semata, tapi bukan kegembiraan yang kita maksudkan dalam menyambut Ramadhan yang mulia. Begitu pula kegembiraan kita bukanlah kegembiraan anak –anak yang beranjak remaja. Di mana mereka bergembira dengan hadirnya Ramadhan, karena mempunyai banyak kesempatan untuk jalan-jalan menghabiskan waktu bersama teman atau bahkan pasangannya. Banyak kita saksikan kesucian Ramadhan ternoda, dengan muda-mudi yang justru menggunakan waktu-waktu ibadah untuk saling PDKT satu sama lainnya. Naudzu billah tsumma naudzu billah ..
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta’ala
Sesungguhnya kita bergembira dengan hadirnya Ramadhan, karena bulan ini membawa banyak keutamaan bagi kita semua. Jika kita merenunginya satu persatu lebih mendalam, maka tentulah kegembiraan itu akan kian bertambah lengkap dan sempurna. Marilah kita melihat beberapa keutamaan Ramadhan yang menjadikan alasan kita bersuka cita menyambutnya …
Hal Pertama yang membuat kita bahagia karena Ramadhan bulan penggugur dosa kita Rasulullah SAW bersabda dengan lisannya yang mulia :
”Shalat lima waktu, shalat jum’at sampai ke shalat jum’at berikutnya, puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan berikutnya adalah sebagai penghapus (dosa) apabila perbuatan dosa besar ditinggalkan”. (HR. Muslim).
Hadirnya Ramadhan sungguh menjadikan momentum bagi kita untuk membersihkan diri dari segala noda dosa dan kemaksiatan yang tidak kita sadari. Ibaratnya pakaian yang sehari-hari kita pakai, meskipun tidak terkena lumpur atau kotoran yang jelas, tetap saja kita harus mencucinya karena ada debu yang melekat erat. Begitupun diri kita, sekalipun kita tidak menjalani dosa besar, namun tentu saja tanpa kita sadari terkadang ada hal yang kita lakukan menyebabkan noda kecil dalam hati kita, bisa jadi melalui lisan, pandangan, atau bahkan anggota badan kita. Astaghfirullahal adziim … Hasbunallah wa nikmal wakiil .
Inilah yang membuat kita bersuka cita karena mendapat kesempatan untuk menyucikan diri dari kita. Maka marilah kita menjalankan ibadah di dalamnya dengan penuh iman dan pengharapan, serta memperbanyak istighfar, agar benar-benar Ramadhan ini menjadi bulan pengampunan. Bahkan diriwayatkan pula, bagaimana malaikat Jibril as melaknat mereka yang mendapati Ramadhan, tetapi tidak diampuni dosan-dosanya. Semoga ini bisa menjadi cermin bagi kita semua. 
Kaum muslimin yang berbahagia …
Hal kedua yang membuat kita berbahagia adalah, karena Ramadhan merupakan bulan musim kebaikan, di mana kita semua menjalankan ibadah dengan penuh semangat, berbondong-bondong dan sungguh terasa lebih ringan. Inilah yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW, tentang Ramadhan sebagai musim kebaikan yang menakjubkan :
“(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah” (demikian) sampai berakhirnya ramadhan” ( HR Ahmad).
Inilah yang menjadikan kita bergembira, karena kebaikan begitu mudah dijalankan. Bersama-sama kita lihat di masjid, mushola, bahkan di rumah-rumah kita, bagaimana Ramadhan menyinari kita dengan banyak amal dan kegiatan yang tak putus dan henti-hentinya. Dari mulai pagi hari hingga malam menjelang, bergantian kita melaksanakan amal kebaikan yang begitu beragam. Subhanallah walhamdlillah …..
Kaum muslimin yang berbahagia …
Hal ketiga yang membuat kita berbahagia adalah, karena Ramadhan adalah bulan di mana ukhuwah kita meningkat. Bayangkan saja, bagaimana hari-hari ini dipenuhi dengan banyak pertemuan antar jamaah masjid, dari mulai sholat tarawih berjamaah, tadarusan selepas tarawih, hingga sholat shubuh berjamaah …. Kaum muslimin berkumpul setiap harinya dan merasakan keindahan ukhuwah yang luar biasa. Bahkan bukan hanya di luar rumah, di dalam rumah pun kita menemukan keharmonisan yang bertambah saat Ramadhan tiba. Banyak kesempatan untuk berkumpul antar anggota keluarga, khususnya saat buka puasa dan sahur menjelang. Ini semua tanpa kita sadari, sungguh membuat hati kita lebih tenteram dan nyaman. Lebih siap untuk menjalani semua aktifitas dan tantangan dalam kehidupan ini.
Kaum muslimin yang berbahagia …
Yang terakhir, tentu saja kita bergembira dalam bulan Ramadhan ini karena Allah SWT banyak menjanjikan pahala kemuliaan bagi kita semua melalui amal-amal yang ada di dalamnya. Setiap amal mempunyai keutamaannya masing-masing. Khususnya kita bergembira karena di dalam Ramadhan ada satu malam yang mulia, yaitu lailatul qadar yang bernilai melebihi seribu bulan. Ini menjadi kesempatan yang sungguh kita impikan, untuk mendapatinya dengan memperbanyak ibadah pada malam tersebut.
Akhirnya, marilah kegembiraan ini kita jadikan sebagai pemicu awal untuk lebih bersemangat dalam mengarungi samudera keberkahan Ramadhan dengan ragam ibadahnya yang mulia. Kita menjalaninya satu persatu dengan ringan penuh suka cita, agar semua yang dijanjikan bisa kita dapatkan dalam Ramadhan ini. Semoga Allah SWT memudahkan …..

3 Hal Penting yang Sering Diremehkan

~ Oleh : Fahmi Zulman Affandi ~

Kita mendengar perkataan sayyidina Umar bin Khattab ra, kata beliau: "Sesungguhnya Allah SWT menyembunyikan ridho-Nya di dalam amal-amal yang diperbuat oleh manusia dan Allah SWT menyembunyikan murka-Nya dibalik dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia dan Allah SWT menyembunyikan kekasih-kekasih-Nya di antara orang-orang ramai yang diremehkan manusia”
Masya Allah maka kita tidak boleh meremehkan 3 hal ini :
Satu, amal-amal yang kemudian mengundang ridho Allah
Sesungguhnya amal bukanlah besar atau kecilnya, bukanlah dahsyat atau dianggap remehnya tetapi amal yang ingin kita bawa kehadapan Allah adalah amal yang diridhoi-Nya, berapapun besarnya amal tanpa ridho Allah apalah gunanya dan ridho Allah adalah ahsanu amala, amal yang paling ikhlas niatnya dan paling kemudian mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya SAW.
Setelah yang fardhu, kita perlu memiliki amal-amal yang kemudian kita rahasiakan, kita jaga meskipun kecil, kita dhowwam-kan,
 قلة إن أدومها اللاهي عاملي أهبل
“Amalan yang paling dicintai di sisi Allah SWT adalah yang paling dhowwam yang terus-menerus meskipun sedikit”
Al-Imam Abu Dawud mencontohkan bagaimana beliau ketika menyeberang dengan perahu di sungai Tigris sudah sampai setengah jalan, dan beliau bilang ke tukang perahu, ketika ada orang bersin di tepian dia mengucapkan tahmid, belum ada yang mengucapkan tarhim kepadanya Imam Abu Dawud mengatakan, "bisa tidak balik?" kemudian tukang perahu itu dibayar oleh Imam Abu Dawud lalu mendayung balik dan kemudian imam Abu Dawud mengatakan kepada orang yang bersin itu "yarhamukallah" lalu baru kemudian setelah itu Imam Abu Dawud minta tukang perahu kembali, ketika hari berikutnya ternyata semua orang yang ada di dalam perahu itu bermimpi bahwa Imam Abu Dawud, ada suara menyatakan Imam Abu Dawud telah membeli surga dengan harga 1 dirham sebagaimana kata-kata beliau "La'alla mujabat du'a" mudah-mudahan kalau beliau membalas dengan "yahdikumullahi wa yuslihba lakum" doa yang diijabah oleh Allah


Yang kedua jangan pernah meremehkan dosa kita kepada Allah karena bukan besar kecilnya dosa tetapi kata Fudail bin Iyadh, ini adalah seberapa besar Maha Besar-nya Zat yang kita durhakai Allah SWT barangkali memberikan satu dosa besar tapi membuat yang melakukannya takut kepada Allah lalu kemudian dia bertobat itu jauh lebih baik daripada seseorang melakukan dosa-dosa kecil tapi selalu meremehkan dosa itu tanpa sadar ternyata itu yang membuat dia dimurkai oleh Allah
Dan yang ketiga, jangan pernah kita meremehkan sesama manusia karena boleh jadi kekasih-kekasih Allah itu adalah الخفيون التقوى أهل orang-orang takwa yang tersembunyi, Allah menyatakan kita tidak patut mengukur kemuliaan dengan harta, dengan paras, dengan nasab keturunan, dengan kedudukan tetapi satu-satunya adalah TAQWA,
"inna akramakum 'indallaahi atqakum"
Sayangnya Taqwa tidak ditampilkan oleh Allah didalam wajah kita sehingga kita tidak tahu mana yang lebih takwa dari kita dan mana yang kurang takwa dibanding kita
kesimpulannya kata imam An-Nawawi, “teruslah berusaha bertakwa dan tawadhu-lah jangan pernah melihat orang lain dengan pandangan merendahkan karena boleh jadi mereka hamba Allah yang lebih bertakwa.

Mencari Teman

~ Oleh : Akhmad Faizin ~

Teman merupakan seorang yang kita kenal, dan merupakan pendamping yang sering bersama kita dan serta lebih dekat dengan kita daripada seorang yang lain yang belum kita kenal. Teman juga merupakan tingkat kualitas lingkungan di sekitar kita. Pribadi yang baik biasanya karena lingkungan yang baik. Pertemanan juga dapat mewujudkan bagaimana kita akan berpribadi.
Pepatah mengatakan seseorang yang berteman dengan sorang penjual minyak tanah, akan tercium bau minyak tanah, seseorang yang berteman dengan seorang penjual parfum, akan tercium bau wangi parfumnya, dan seseorang yang berteman dengan seorang penjual bangkai makan akan tercium pula bau busuk bangkainya. Dari situlah akan tercermin bagaimana kualitas pertemanan di lingkungan sekitar kita melalui pertemanan.
Kriteria teman yang baik merupakan teman yang ada dan mau serta menyempatkan membantu temannya saat keadaan senang maupun sulit. Teman yang baik juga teman yang dalam segi ibadah adalah teman yang selalu mengajak kita ke dalam perbuatan yang baik perbuatan amar ma’ruf nahi munkar  yaitu perbuatan yang mengajak kita untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran itu.  Teman baik juga selalu mengingatkan kita akan hal yang salah, dan mengajak ke dalam amal yang dapat membuat kita melakukan kebaikan. Semoga kita mendapat teman yang baik dari dunia sehingga membawa kita ke akhirat.
Teman-teman sekalian, teman yang seperti kita merupakan teman yang menjadi keluarga. Teman yang dapat akrab seperti inilah yang dimaksudkan teman dalam Islam. Teman yang selalu memperhatikan teman yang lain dan selalu tahu tentang masalah orang lain ia pun orang lain itu tidak bercerita kepada kita. Teman yang seperti itu adalah teman yang dapat kita percayai karena dapat menyadarkan kita kalau kita juga harus dapat berbuat baik dan selalu mengajak ke dalam kebaikan kepada orang lain.

Kisah Datangnya Malaikat Izrail yang Menyamar ke Istana Nabi Sulaiman

~ Oleh : Prawito ~


Malaikat Izrail menjadi malaikat yang paling ditakuti oleh manusia. Kedatangannya menjadi pertanda bahwa usia tidak lagi lama. Tidak hanya manusia biasa, namun Ia juga mendatangi para Nabi dan utusan-Nya. Nabi Sulaiman dalam sebuah kisah pernah dikunjungi Malaikat Izrail. Namun tujuannya bukan untuk mencabut nyawa Nabi yang mampu berbicara dengan para binatang ini. Sang Malaikat justru terpaku dengan tatapan yang begitu tajam. Ternyata, malaikat pencabut nyawa ini sedang menatap seorang tamu yang sedang berkunjung ke rumah Nabi. Karena tatapannya ini, tamu pun sangat ketakutan dan meminta sang penguasa angin untuk memindahkannya ke Negeri Cina.
Apa yang terjadi selanjutnya? Tidak seorangpun yang mengetahui kapan dan bagaimana ia akan meninggalkan dunia ini. Sebab, Allah SWT merahasiakan perkara yang satu ini dari ciptaan-Nya. Kematian setiap makhluk sudah ditakdirkan, tanpa terkecuali. Ada banyak cara yang dilakukan oleh malaikat maut untuk mencabut nyawa manusia, tentu saja itu semua atas perintah dari Allah SWT. Mendatangi rumah atau menjelma menjadi makhluk juga digunakan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa manusia.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan jika pada suatu hari malaikat pencabut nyawa (malaikat Izrail) mendatangi rumah Nabi Sulaiman. Di saat itu ada seorang pemuda yang tengah bertamu dan bercakap-cakap dengan Nabi di rumahnya. Begitu masuk ke dalam rumah tersebut, di saat melihat pemuda tersebut tiba-tiba saja pandangan malaikat Izrail berubah menjadi lebih tajam. Hati pemuda tersebut kemudian berdebar-debar karena dipandangi dengan sangat tajam oleh tamu sang nabi. Tidak hanya itu, ia juga merasa ketakutan dengan apa yang sudah terjadi. Beberapa saat kemudian, malaikat maut tersebut pergi meninggalkan Nabi Sulaiman dan pemuda tadi.
Setelah melihatnya pergi, maka bertanyalah pemuda tadi kepada Nabi Sulaiman. “Ya Nabi Sulaiman alaihissalam, siapakah orang tadi?” Nabi Sulaiman menjawab, “Itu adalah malaikat maut yang sedang menyamar menjadi manusia.” Pemuda tersebut berkata, “Sungguh aku tidak nyaman dengan pandangannya yang terus-menerus menatapku. Aku menjadi takut jangan-jangan dia ingin mencabut nyawaku. Ya Nabi Sulaiman, sebagai seorang nabi yang diberi kekuatan oleh Allah untuk menguasai angin, bisakah kau menyuruh angin untuk menerbangkanku ke negeri Cina? Semoga dia tidak bisa mengejarku ke negeri Cina.” Nabi Sulaiman berkata, “Apabila memang sudah waktumu untuk meninggal, bukankah kau tidak bisa lolos dari kematian?”
“Ya, tetapi aku ingin mencobanya. Wahai nabi Sulaiman, aku mohon kepada engkau agar menyuruh angin untuk membawaku ke negeri Cina”, katanya.
Setelah memohon dengan sungguh-sungguh akhirnya Nabi Sulaiman bersedia mengabulkan keinginan si pemuda tadi. Dengan mukjizat dari Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada Nabi Sulaiman maka ia bisa memerintahkan angin untuk membawa pemuda itu ke negeri Cina sesuai dengan permintaannya. Hingga akhirnya sampailah pemuda tersebut ke negeri Cina.
Beberapa lama setelah kejadian tersebut, datanglah malaikat maut kepada Nabi Sulaiman. Lantas, bertanyalah Nabi mengapa malaikat maut itu menandangi pemuda tersebut dengan pandangan yang tajam. Kemudian malaikat maut menjawab, “Sesungguhnya aku diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa pemuda itu pada saat yang telah ditentukan (hari itu) di negeri Cina. Aku memandanginya karena keheranan, mengapa Allah menyuruhku untuk mencabut nyawanya di negeri Cina sementara aku melihatnya sedang berada di dekatmu?” Maka malaikat maut melanjutkan, “Ternyata pahamlah aku, karena tidak lama setelah aku pergi, tiba-tiba angin membawanya ke negeri Cina. Dan aku telah mencabut nyawanya hari itu di Cina.”
Dari kisah di atas bisa diambil pengajaran bahwasanya tidak ada satupun orang yang dapat menolak datangnya kematian kemanapun ia pergi untuk menghindarinya. Maka terimalah segala sesuatu sudah ditakdirkan Allah SWT kepada kita.

7 Orang yang Mendapatkan Naungan di Hari Kiamat

~ Oleh : Hafidz Ruzaini ~


Yang dimaksudkan naungan di sini adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana dikuatkan riwayatnya oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2: 144).
Hadits lengkapnya berbunyi sebagai berikut :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya :
اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ
(1) imam yang adil,
وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ
(2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ
(3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid,
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
(4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ
(5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah.’
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
(6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
(7) seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)
Pertama, yang akan mendapatkan naungan Allah adalah pemimpin yang adil.
Pemimpin ini bersikap adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan baik, tidak melampaui batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan tidak beralih pada kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Kedua, adalah pemuda yang tumbuh dalam ketaatan pada Allah.
Kenapa disebut pemuda? Karena pemuda asalnya nafsunya begitu tinggi pada dunia dan kebanyakan itu lalai dari akhirat. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin menghadiri shalat fajar, akhlaknya pun bagus pada bapak-ibunya, dialah pemuda yang jadi harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Pemuda seperti itu sangat jarang kita temui saat ini karena kebanyakan pemuda itu lalai, di antara mereka lebih suka bersenang-senang dan berfoya-foya. . Untuk saat ini jarang sekali kita lihat pemuda yang mau sadar untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka pantas saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Ketiga, adalah ada orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid.
Yang dimaksud di sini adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di rumah. Sampai pun untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah dan pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid.
Laki-laki yang hatinya terkait dengan masjid adalah yang biasa menunggu shalat setelah shalat, misalnya ia menunggu waktu antara Maghrib dan Isya dengan berada dalam majelis ilmu dengan mendengar kajian Quran atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keempat, adalah dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
Yang dimaksud adalah mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang dipilih adalah karena tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.
Kelima, ada seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’
Ada wanita yang kaya raya, terhormat dan begitu cantik. Ia menggoda dan mengajak laki-laki untuk berzina. Namun karena takut pada Allah, laki-laki tersebut tidak melakukannya.
Hadits ini mengisyaratkan tentang kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan permaisuri Raja Mesir yang menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah tentu Nabi Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina.
Maka kita bisa selamat dari maksiat hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah kalimat “Laa hawla wa laa quwwata illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut?
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ
“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.
Golongan keenam yang nantinya akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
 Keenam, seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.
Maksudnya, sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Lihatlah ibarat yang dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah.
Namun boleh saja seseorang bersedekah terang-terangan untuk memberikan contoh pada orang lain. Juga sedekah boleh dilakukan terang-terangan jika yang dimaksud adalah sedekah wajib (seperti zakat dan nafkah keluarga).
Lalu golongan ketujuh yang akan mendapatkan naungan Allah adalah,
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Ketujuh, seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Maksudnya adalah orang yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada Allah.
Dikatakan ia berdzikir seorang diri (ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama itu disembunyikan, karena lebih akan terjaga dari riya’.
Semoga Allah menggolongkan kita masuk dalam tujuh golongan di atas yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Aamiin.

Bercanda dan Tertawa Tidak Boleh?

~ Oleh : Elvani Dandi Rizki Pratama ~


Apakah Anda termasuk orang yang suka bercanda? Ataukah Anda adalah orang yang sangat serius dan tidak suka bercanda? Apakah Anda termasuk orang yang banyak tertawa? Ataukah Anda termasuk orang yang tidak sering tertawa?
Manusia diciptakan oleh Allah dengan berbagai watak dan perilaku. Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya orang yang memiliki watak demikian. Karena tertawa adalah fitrah manusia, yang tidak diberikan kepada hewan. Apakah pembaca pernah mendapatkan hewan yang tertawa? Jujur saja penulis sendiri belum pernah mendapatkannya. Mungkin, kalau pun ada itu hanya terjadi pada momen-momen tertentu dan sangat jarang sekali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan beberapa nasihat kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, di antara nasihat tersebut adalah perkataan beliau:
 )) وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.((
Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.”
Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah tertawa? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah tertawa. Banyak hadits yang menunjukkan hal tersebut, di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dalam hadits qudsi yang panjang, Allah Ta’ala berkata kepada anak adam:
Anak Adam itu pun berkata:
 )) يَا رَبِّ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّيْ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ ((
Wahai Rabb-ku! Apakah Engkau mengejekku, sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?
Kemudian Ibnu Mas’ud pun tertawa dan berkata, “Mengapa kalian tidak bertanya kepadaku, mengapa aku tertawa?” Murid-murid Ibnu Mas’ud pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa?” Beliau menjawab, “Seperti inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa. Para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah, ‘Mengapa engkau tertawa, ya Rasulullah?’ Beliau pun menjawab:
 )) مِنْ ضِحْكِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حِيْنَ قَالَ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّيْ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ فَيَقُوْلُ إِنِّيْ لاَ أَسْتَهْزِئُ مِنْكَ وَلَكِنِّيْ عَلَى مَا أَشَاءُ قَادِرٌ.((
Karena tawanya Rabb alam semesta ketika dia (anak adam) berkata: Apakah Engkau mengejekku sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?’ Kemudian Allah berkata, ‘Sesungguhnya Aku tidak mengejekmu, tetapi semua yang Aku inginkan Aku mampu.’.
Sesuatu yang berlebih-lebihan, kebanyakan akan membawa dampak buruk. Sama halnya dengan bercanda dan tertawa. Apabila terlalu sering bercanda dan tertawa, maka akan mengakibatkan banyak keburukan.
Diriwayatkan dari Al-Hasan radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu! Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan: (35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. (36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqi’ah)
Jika kita perhatikan hadits–hadits di atas, maka kita akan mendapatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda pada beberapa keadaan tertentu, tetapi canda beliau tidak mengandung kedustaan dan selalu benar.

7 Keutamaan Malam Lailatul Qadar

~ Oleh : Andriyan ~


Setiap muslim pasti menginginkan malam penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih mudah mendapatkan kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya rutin dibanding dengan orang yang beribadah jarang-jarang.
1.    Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur’an

Ibnu ‘Abbas dan selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al Qur’an secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan keistimewaan Lailatul Qadar.
2.    Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3).

An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa.
3.    Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3).

Malam penuh berkah ini adalah malam ‘lailatul qadar’ dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut, apalagi dirinci dengan poin-poin selanjutnya.
4.    Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril- turun pada Lailatul Qadar.
Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4)

Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407)
Malaikat Jibril disebut “Ar Ruuh” dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
5.    Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’
Yang dimaksud ‘salaam’ dalam ayat,
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al Qadr: 5)

Yaitu malam tersebut penuh keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Demikianlah kata Mujahid (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407). Juga dapat berarti bahwa malam tersebut, banyak yang selamat dari hukuman dan siksa karena mereka melakukan ketaatan pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini menunjukkan keutamaan luar biasa dari Lailatul Qadar.
6.    Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir tahunan
Allah Ta’ala berfirman,
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS. Ad Dukhan: 4).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335) menerangkan bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu Malik, Mujahid, Adh Dhohak dan ulama salaf lainnya.
Namun perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah­ dalam Syarh Muslim (8: 57)– bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan untuknya.
7.    Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul Qadar’ akan diampuni oleh Allah
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)[1]
Ya Allah, mudahkanlah kami meraih keistimewaan Lailatul Qadar dengan bisa mengisi hari-hari terakhir kami di bulan Ramadhan dengan amalan sholih.

Patience or Gratitude?

~ Oleh : Rhaka Surya Hutama ~


Kata apa yang kita pakai sebagai perwujudan sikap, ketika kita mendapatkan pemberian dari Allah Swt. Mungkin, dengan sikap sabar atau dengan rasa syukur. Disaat kita duduk termenung memikirkan usaha yang gagal atau lamaran yang ditolak, dan memikirkan cara apa lagi yang harus dilakukan agar berhasil, dan tak lama kemudian datang sahabat kita dan memperhatikan, dengan ucapannya dia mengatakan, “Yang sabar ya ini mungkin ujian dari Allah”, sembari menepuk pundakmu dengan tangan kanannya. Dengan kata sabar mengartikan kita harus tahan menghadapi permasalahan itu, dan segera lekas untuk beranjak dari permasalahan itu, dan melanjutkan usaha kita.
“Hari ini cuma dapet segini”, kata Ayah yang kemudian memberikan hasil upah kerjanya seharian kepada Ibu, “Alhamdulillah, bersyukur kita masih bisa dapet rezeki” kata Ibu yang mulai memijat pundak Ayah dengan kedua tangannya. Kata syukur dapat kita pakai ketika kita telah mendapatkan sesuatu atas pemberian Allah SWT atau setelah kita terlepas dari permasalahan. Tapi kedua kata ini memiliki perbedaan yang tipis.
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّي فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي وَلَمْ تَعْرِفْهُ فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ فَقَالَ إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
Artinya : “Sesungguhnya sabar itu pada pertempuran yang pertama”. Diriwayatkan oleh  Imam Ahmad, Imam Hadits yang Enam, dari Anas bin Malik.
Sikap sabar kita bisa menjadi pintu awal terbukanya kebaikan yang lain, sesuai dengan hadits di atas bahwa sabar adalah pertempuran yang pertama, jika kita berhasil lolos dari pertempuran itu maka kita akan dapat rasa syukur karena masih bisa menerima dan tahan akan ujian yang datang.

            Barangkali kita memaknai kata sabar sebagai wujud kekuatan iman kita, yang tahan terhadap cobaan, dan percaya bahwa Allah SWT. memberikan ujian sesuai dengan kemampuan umatnya. atau kita bersyukur dari pemberian yang diberikan kepada Allah SWT. dan yakin bahwa Allah SWT. akan memberikan nikmat yang lebih kepada umatnya.

Allah SWT. berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ`
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".  Q.S Ibrahim ayat 7
            Sebenarnya manakah hal yang lebih baik perlu kita lakukan untuk menjadi umat yang takwa, Apakah kita harus bersabar atau apakah kita harus bersyukur?”. Dan pemaknaan arti dari kedua kata ini memiliki tujuan agar umat semakin paham atas kebesaran, kita tidak semena-mena menggunakan kata sabar dan syukur hanya sebagai arti dari lisan saja, tapi arti yang kita yakini dalam hati kepada Allah SWT.
Semua hal di bumi ini tidak tiba-tiba tercipta dengan sendirinya tanpa ada kehendak dari yang maha besar karena Allah maha besar yang sempurna dalam pembentukan bumi dan alam semesta, dan takdir yang telah dituliskan kepada umat manusia sebelum dia dilahirkan. Semua itu sudah direncanakan sebelumnya terlahir.

Pemaknaan dari kata “Sabar”

            Pada bulan Ramadan umat Islam melakukan puasa. Dalam ibadah puasa terdapat unsur kesabaran menahan rasa lapar, haus, dan meninggalkan syahwat. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Azza wa Jalla dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits qudsi, yang artinya), ‘Dia meninggalkan syahwatnya karena-Ku. (Diringkas dari Fat-hul Bâri (IV/107-108)
Kemudian Rasulullah bersabda, “Dengan berpuasa, tidak ada yang menyamainya”.
Karena dengan bersabar berarti menjauhkan diri dari hasrat dan nafsu, rasa amarah pada diri dan hal-hal buruk yang juga menjauhkan diri makan, minum, dan bersenggama. Sangat besar nilai dari sebuah kesabaran dan prioritas dari kesabaran itu sendiri.
Dalam sebuah surat Allah Swt. berfirman:
إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya : Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang". (Q.S Al-Mu’minun ayat 11)
Allah Swt. juga memberikan kebahagiaan kepada umat yang senantiasa menahan kesabarannya.
Terlebih lagi kesabaran terkutip di dalam Al-Qur’an sekitar pada 90 tempat dan ini membuktikan bahwa kesabaran memiliki prioritas lebih dari rasa syukur. Dan jika membandingkan keduanya dari sebuah hadits, bahwa kesabaran memiliki jumlah yang lebih besar dari rasa syukur, karena banyak hadits yang menyebutkan tentang itu di dalam semua bab hadits.
Pemaknaan kata Syukur

Allah Swt. berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ`
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".  Q.S Ibrahim ayat 7
Dari sikap rasa syukur kita yang kita lakukan, Allah Swt memberikan sesuatu yang jelas yang berupa nikmat, berbeda dengan kesabaran Allah Swt menjelaskan secara umum atau arti dari pemberian dari sikap sabar adalah pemberian lebih besar daripada kenikmatan yang berarti secara khusus.
Ibnu Al Jauzi, mengatakan tiga hal yang berkaitan dengan kesabaran dan rasa syukur :
Pertama,  kesabaran lebih  baik daripada, rasa syukur. Kedua, rasa syukur lebih baik daripada kesabaran. Ketiga, Keduanya berarti sama.
Menurut beliau, walaupun kesabaran lebih baik daripada rasa syukur dan juga sebaliknya tapi tetap saja, menurut beliau semuanya tetap bernilai sama. Walaupun kesabaran lebih luas penempatannya
dan pemaknaannya tapi hal itu juga sesuai dengan yang akan didapat dari sebuah nilai kesabaran.
Umar bin Khatab R.a berkata, “Jika kesabaran dan rasa syukur menjadi bentuk seperti unta, maka aku tidak peduli, dimana aku harus menungganginya”.
Kesabaran bisa dimana saja secara universal, entah itu sabar menahan cobaan secara lahir maupun batin. Dimanapun tempat yang disinggahi, kapanpun waktu yang berjalan, sikap sabar selalu ditanamkan di dalam diri. Karena Allah Swt senantiasa memperhatikan umatnya dimanapun kapanpun, dan tidak ada yang bisa sembunyi dari penglihatan Allah Swt.
Contoh lain pada sebuah hadits berikut ini
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
Barangsiapa yang makan dengan rasa syukur, sama tempatnya dengan orang yang berpuasa dengan sabar”
[al-Tirmidhi 2486, Hasan. And Ibn Khuzaimah declared it sahih in his collection (1898), as did Ibn Hibban (952) and al-Haakim (4/136). And al-Dhahabi agreed with that. It is also recorded in Ibn Maajah 1764, hasan. And Al-Albaani declared it sahih in al-Silsilah al-Saheehah 2/258]
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa kesabaran dan rasa syukur memiliki derajat yang sama walaupun proses penerapannya berbeda, karena keduanya memiliki arti untuk takwa kepada Allah Swt. tanpa ada perasaan penolakan.
            Kedua arti kata sabar dan syukur menjadi dasar akan sikap yang akan dilakukan, tidak bermaksud untuk membandingkan keduanya mana yang lebih dan mana yang tidak, dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Syukur dan sabar adalah sama, tidak ada yang beda, ditujukan kepada ¬Rabb penguasa alam semesta.  Umat Islam hanya harus berusaha untuk menjadi hamba yang senantiasa bersabar dalam menghadapi sesuatu dan dan bersyukur dari apa yang didapat.
Semoga kita menjadi umat yang selalu bersabar dan bersyukur. 

 Fasilitas Akhirat bagi Orang yang Berpuasa

~ Oleh : Abdul Muhaimin ~


Demi menjaga kualitas dan kontinyuitas amal kita dalam bulan Ramadhan ini, marilah kembali mengingat janji Allah yang dijanjikan kepada kita, khususnya yang berkaitan dengan ibadah puasa yang kita jalani ini. Dengan menghayati apa saja yang akan diberikan Allah SWT kepada kita, maka insya Allah puasa kita akan terasa ringan, sebagaimana kitapun akan lebih bersemangat dalam menjalankan amal kebaikan lainnya di dalam Ramadhan. Mari kita lihat kembali bagaimana sesungguhnya fasilitas yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala kepada mereka yang berpuasa dengan baik di bulan Ramadhan ini.
Pertama : Ampunan di sisi Allah SWT
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang kita sama-sama sering mendengarnya disampaikan para muballigh dalam hari-hari ini. Hadits yang singkat tetapi mempunyai nilai motivasi yang kuat bagi kita : “Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan penuh pengharapan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu “ (HR Bukhori Muslim).
Siapa yang tidak bergembira mendapatkan ampunan dari setiap dosa ? Karena sungguh setiap kita tidaklah berjalan di atas muka bumi ini kecuali dengan memanggul dosa yang terus bertambah setiap harinya, tanpa kita sadari. Ibaratnya tahanan, maka puasa akan menjadikan kita mendapatkan remisi pembebasan dari neraka. Amin allahumma amiin. Tentunya dengan dua syarat yang telah disebutkan begitu jelas dalam hadits tersebut, yaitu : dengan penuh keimanan dan pengharapan. Berpuasa dengan sepenuh keikhlasan dan keyakinan, serta mengharap pahala yang agung di sisi Allah SWT, karena itulah ia senantiasa menjaga kualitas puasanya dari hari ke hari. Menjaganya agar tidak terkotori dengan noda-noda yang akan mengurangi nilai pahalanya.
Kedua : Bau mulut yang Wangi
Fasilitas kedua yang diberikan Allah SWT kepada orang yang berpuasa adalah, bau mulut kita menjadi begitu semerbak mewangi di akhirat nanti. Rasulullah SAW bersabda :
“Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah subhanahu wa ta’ala daripada wangi minyak kesturi” (HR Bukhori)
Jamaah sekalian rahimakumullah …
Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya mengapa hal semacam ini menjadi kekhususan tersendiri di sisi Allah SWT. Mengapa persoalan bau mulut sampai diungkit dalam janji Allah SWT kepada hamba-Nya yang berpuasa ?. Marilah kita lihat janji ini sebagai isyarat bahwa apapun yang terkait orang yang berpuasa sungguh akan dihargai oleh Allah SWT, bahkan sekalipun yang terkait dengan bau mulut. Logika sederhananya adalah, jika bau mulut saja sudah begitu diperhatikan dan dihargai, maka bagaimana dengan hal-hal lain seputar orang berpuasa? Keringatnya dalam menahan panas, perjuangannya menahan lapar, tentulah ini semua juga akan berujung kebaikan demi kebaikan di akhirat nanti. Amin allahumma amiin …
Jamaah sekalian rahimakumullah …
Ketiga : Mendapatkan Syafaat dengan Puasanya
Hal ketiga yang akan didapatkan oleh orang berpuasa di akhirat nanti adalah syafaat atau pembelaan dari amal puasanya. Sebagaimana jelas disebutkan Rasulullah SAW dalam haditsnya, yang artinya: “Puasa dan al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada Hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, aku telah menghalanginya dari makan dan syahwatnya di siang hari, maka izinkan aku memberi syafa’at kepadanya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafa’at kepadanya”. (HR Ahmad)
Subhanallah .. puasa dan bacaan Al-Quran akan berubah menjadi pembela-pembela kita di akhirat nanti. Memperjuangkan kita dengan memberikan syafaat agar kita terhindar dari fitnah dan siksa perhitungan akhirat. Karena bisa jadi ada amal-amal kebaikan yang belum sempurna tertunaikan, atau dosa yang belum sepenuh terlebur, maka syafaat senantiasa masih kita nanti-nantikan, dan ternyata salah satunya bisa berasal dari amal puasa kita.
Keempat: Pintu Surga khusus “Arroyan” bagi orang yang berpuasa
Dalam sebuah hadits yang panjang Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita kemuliaan lain dari orang yang berpuasa , beliau menyebutkan dengan lisannya yang mulia :
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.”(HR Bukhori Muslim)
Jelas sekali bahwa ibadah puasa mempunyai kedudukan tersendiri yang begitu mulia, hingga bagi mereka yang gemar berpuasa dan sukses dalam puasa Ramadhannya mendapatkan pintu khusus yang disebut dengan Arroyan. Tentunya kita semua berharap bisa memasuki pintu surga, dan bisa jadi insya Allah melalui pintu Arroyan yang dijanjikan kepada ahlu shoum …. Amiin allahumma amiin
Jamaah sekalian rahimakumullah
Kelima : Kegembiraan Bertemu Allah SWT.
“Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraan ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya”. (HR Bukhori)
Kegembiraan di kampung akhirat berikutnya adalah kesempatan berjumpa dengan Allah SWT. Sungguh sebenarnya inilah puncak dari kebahagiaan dan janji Allah kepada orang yang berpuasa, yaitu mendapatkan kemuliaan tersendiri bertemu dengan Allah azza wa jalla. Amal puasa kita ternyata bisa menjadi tiket tersendiri untuk mendapatkan impian setiap mukmin sejati ini.
Akhirnya, tiada kata lagi setelah ini kecuali marilah bersama kita lanjutkan program Ramadhan dan ibadah puasa kita dengan terus menjaga semangat dan kekhusyukannya. Jangan ada lagi semangat yang mengendur di tengah Ramadhan, apalagi lalai dalam mengisi Ramadhan dengan kebaikan dan menyibukkan diri dengan persiapan mudik dan lebaran. Mari kita tuntaskan Ramadhan dengan sepenuh kesungguhan dan harapan akan janji-janji Allah sebagaimana telah disebutkan. Semoga Allah SWT memudahkan. (Syamsuddin, 2011)

Generasi Milenial Dambaan Umat

~ Oleh : Moh. Fajar Annur Ridwan ~


Abad ke-21 ini tentu sangat dirasakan dengan maraknya perkembangan teknologi yang semakin memudahkan pekerjaan manusia dalam beraktivitas. Mengingat imbas dari teknologi ini juga merambah pada kalangan milenial. Tentu sudah tak asing lagi bukan, jika mendengar kata milenial atau ‘kids zaman now.
Sudah dua tahun terakhir ini bahkan, para remaja mendapat gelar baru dengan sebutan-sebutan yang mengarahkan kepada perkembangan teknologi akhir zaman. Sebutan lainnya yaitu generasi Z.
Remaja masa kini menorehkan tinta hitam yang menambah buram potret generasi muda, Remaja yang sedianya menjadi harapan dan dambaan umat untuk menuju kebangkitan islam justru banyak disibukkan dengan trend-trend baru yang bahkan jauh dari etika musim sebenarnya. Budaya-budaya ketenaran, viral yang tak habis masanya selalu datang bergantian. Nah sekarang mari melihat kembali catatan-catatan sejarah, dimana Islam selalu mampu melahirkan generasi-generasi hebat dambaan umat, yang walau diusia belia telah mampu menoreh tinta emas dalam sejarah. Seperti mengharumkan nama Islam dan membuat Islam memenangkan peradaban. Merekalah yang dengan ribuan pemuda lainnya  memperjuangkan dan mendakwahkan Islam dengan dorongan iman.
Mari kembali mengulas kisah Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Rasulullah menjadi komandan pasukan kaum muslimin dalam penaklukan Syam padahal baru berusia 18 tahun. Atau kisah Imam Syafi’i yang telah hafal Al-Qur’an diusia 9 tahun serta Ibnu Sina yang telah hafal Al-Quran diusia 5 tahun bahkan kemudian mampu menjadi bapak kedokteran dunia. Tentu kita belum lupa kisah heroik Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Konstatinopel dan mampu menjadi Sultan diusia muda. Coba sejenak kita renungkan, apa bedanya kita yang ngakunya kids jaman now dengan generasi muda Islam hingga membuat ketimpangan yang sungguh nyata antara kepribadian kita dan kepribadian mereka para pejuang Islam. Bukankah kita juga telah dipuji pemilik kehidupan sebagai umat terbaik?
Kids zaman now para muslim itu dimana senantiasa memanfaatkan teknologi untuk semakin menambah rasa keimanan dan semakin mendekat pada sang Rabb. Menjadi semakin rajin mengaji karena Al-qur’an elektronik sudah dengan mudahnya untuk diakses. Berlomba-lomba dalam mengkhatamkan dan menghafal Al-qur’an  salah satunya. Barangkali, sudah tidak zaman jika generasi muda hura-hura. sudah waktunya yang muda semangat cari pahala. Yuk buktikan Kids Jaman Now bisa kebanggaan untuk muslim lainnya, dan mampu membiasakan adab dan etika seorang muslim sejatinya. Wallahu’alam...

Istiqomah dalam Hijrah

~ Oleh : Rizki Prayoga Dewantoro ~


Para jamaah yang dirahmati ALLAH...
Pada hari ini kita telah memasuki hari ke ... pada bulan suci Ramadhan ini, nah pertanyaannya amalan apa saja yang sudah kita lakukan.
Sudahkah kita menjalankan amalan Sholat Tahajjud..?
Sudahkah kita menjalankan amalan Sholat Dhuha..?
Atau yang lebih umumnya sudahkah kita menjalankan amalan tadarus..?
Oleh karena itu saya ingin mengajak para jamaah sekalian, selagi kita belum terlambat dan memang sebenarnya tidak ada kata terlambat untuk beribadah, marilah kita tingkatkan lagi kualitas beserta kuantitas ibadah kita ini.
Para jamaah yang dirahmati ALLAH...
Ada beberapa fenomena yang kerap kita jumpai di bulan Ramadhan ini, dari sekian banyak salah satunya adalah fenomena hijrah, pasti tidak asing bukan dengan kata – kata hijrah?
Hijrah pada umumnya adalah perpindahan (bermacam tipenya)
Hijrah pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dimana Rosululloh memerintahkan umat Islam di Mekkah agar segera berhijrah melakukan perjalanan ke kota Madinah, karna pada kala itu umat Islam di Mekkah mendapat perlakuan yang tidak baik dari penduduk kota Madinah. Rosululloh pun merasa khawatir akan umatnya, maka beliau pun memberi perintah kepada umat Islam untuk hijrah ke kota Madinah.
Setelah umatnya sudah sampai di Madinah, barulah setelah itu Nabi Muhammad beserta para sahabat lainnya menyusul ke kota Madinah, dan mereka mendapat sambutan yang meriah dari penduduk kota Madinah.
Akan tetapi bukan berarti tujuan umat Islam hijrah ke Madinah untuk hidup enak, justru di Madinah Rosululloh meningkatkan kekuatan militer Islam (salah satunya), hingga tiba waktunya pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah terjadi peristiwa Fathu Makkah, 10.000 pasukan Islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid melakukan pembebasan kota Makkah tanpa adanya pertumpahan darah, yang artinya penduduk Makkah menyerah kepada pasukan Islam.
Para jamaah yang dirahmati ALLAH..
Berikut adalah sekilas dari contoh hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Berbeda dengan hijrah yang banyak dilakukan orang jaman sekarang hijrahnya yaitu berupa sikap atau hijrah keimanan, yang tadinya tidak menjaga auratnya menjadi orang yang menjaga auratnya, itu contoh kecilnya ya. Mungkin kita pikir hijrah itu sulit, tetapi sebenarnya hijrah itu sendiri mudah, yang sulit adalah bagaimana kita ber istiqomah dalam hijrah
Maka saya akan menyampaikan setidaknya 3 hal yang menyebabkan orang istiqomah :
Yang pertama adalah AQIDAH
Yang kedua adalah UKHUWAH
Yang ketiga adalah SYARIAH
Aqidah yang pertama, Aqidah adalah jawaban dari pertanyaan why, dan pertanyaan why ini apabila dijawab akan dapat memberikan alasan yang kuat hingga memberikan seseorang kekuatan dalam jalan yang ia pilih, misal : kenapa kita diciptakan?, kenapa kita harus beribadah? Kenapa kita hijrah?, nah di sinilah timbul jawaban, timbul keyakinan bahwa kita melakukan semua ini karena ALLAH , karena LILLAH.
Yang kedua adalah Ukhuwah, adalah teman – teman yang membersamai kita. Teman – teman yang bersama kita dalam kebaikan. Karna tiap hal mempunyai pola, kebaikan mempunyai pola kejahatan pun punya pola. Pola kejahatan adalah sendiri, misal kita lihat orang yang berpacaran pasti mereka mencari tempat yang sepi, tempat yang jarang dilalui orang lain. Maka pola dari kebaikan adalah sebaliknya yaitu bersama, bersama dengan teman – teman hijrah, komunitas hijrah, berkumpul dengan orang - orang shaleh, mengikuti majelis dan lain sebagainya
Yang pertama tadi Aqidah, yang kedua Ukhuwah dan yang ketiga adalah Syariah, adalah peraturan yang memaksa seseorang agar tidak melakukan maksiat, misalkan di suatu lembaga pendidikan Islam yang menetapkan peraturan bagi para siswa beserta pegawainya agar berpakaian islami. Bayangkan jika di negara kita ini diberlakukan aturan – aturan yang berdasarkan ajaran Islam, betapa banyaknya kemaksiatan yang tertunda.
Nah inilah yang pernah terjadi pada masa Rosululloh SAW dan khalifah – khalifah setelahnya dari mulai Aqidah, juga Ukhuwah dan dilengkapi oleh Syariah.

Fastabiqul Khoirot di Bulan Ramadhan

~ Oleh : Restu Rizal Nasrul Khaq ~


Kewajiban Berpuasa
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita sehingga kita di berikan nikmat sehat untuk bisa menunaikan ibadah saum di bulan suci Ramadhan ini. Sholawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW dan para sahabatnya yang selama ini menjadi suri tauladan kita sebagai umat Islam.
Sebagai umat Islam kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama 30 hari penuh di bulan suci Ramadhan ini. Sebagaimana firman Allah SWT yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 183 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Sangat jelas dari ayat tersebut di tujukan kepada kita sebagai umat Islam di wajibkan untuk melakukan ibadah puasa ini agar kita bisa menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Karena dengan ketaqwaan itulah yang insyaallah akan menuntun kita menuju surganya Allah SWT.

Amalan Paling Besar Pahalanya di Bulan Ramadhan
Selain melaksanakan ibadah puasa kita sebagai orang yang beriman juga di anjurkan atau di perintahkan untuk melaksanakan amalan-amalan shalih lainya antara lain :
1.    Bersedekah.
2.    Sholat Malam
3.    Sholat Tarawih
4.    Tilawatil Al-Qur’an
5.    Perbanyak Sholawat
Dan amalan yang paling besar pahalanya di antara amalan-amalan lainya adalah Tilawatil Al-Qur’an atau Tadarus Al-Qur’an. Karena satu hurufnya dalam Al-Qur’an mengandung 10 kali lipat kebaikan. Hal itu merujuk kepada hadits berikut ini :
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
Maka dari itu, semakin banyak kita membaca Al-Qur’an tentunya akan semakin banyak pahala yang akan kita dapatkan. Insyaallah.
Namun sayangnya masih banyak di antara kita yang beralasan untuk tidak membaca Al-Qur’an antara lain ada yang beralasan sibuk dengan pekerjaanya, sibuk ngurusin tugas, atau mungkin sibuk mengurus anak-anak. Sungguh sangat disayangkan.
Padahal di akhirat nanti kita akan dimintai pertanggungjawaban atas hal tersebut. Saat di Yaumul Hisab nanti , waktu amalan kita di hitung kita akan ditanya oleh Allah SWT tentang hal mengamalkan Al-Qur’an. Tentunya kita tidak akan bisa beralasan lagi di depan sang raja yang maha merajai lagi maha mengetahui. Allah sudah datangkan kepada kita orang yang Allah hilangkan penglihatanya tetapi semangat dalam membaca Al-Qur’an, semangat dalam mengamalkanya. Sedangkan kita sebagai orang yang di beri fisik normal masih banyak beralasan untuk tidak membaca Al-Qur’an? Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang tersebut.

Puasa yang Sia-Sia
Adapun yang hal-hal yang harus ditinggalkan di bulan Ramadhan antara lain :
1.    Perilaku tercela
2.    Berkata kotor
3.    Bermaksiat
4.    Berdusta
Sejatinya puasa adalah sebagai perisai kita dari perbuatan-perbuatan tercela.
Nabi Muhammad SAW sudah memperingati kita dengan peringatan keras :
Rasulullah bersabda :
من لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya : “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”
Apa yang dimaksud dengan az-zuur? Imam As-Suyuthi rahimahullah mengatakan bahwa az-zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang.
Maka dari itu marilah kita Fastabiqul Khoirot di bulan yang penuh berkah ini, karena belum tentu kita bisa menjumpai bulan suci Ramadhan ini di tahun-tahun berikutnya.
Dan semoga kita adalah termasuk orang-orang yang mendapatkan berkahnya dan bisa istiqomah dalam ibadah di tahun-tahun berikutnya sehingga kita bisa menggapai derajat taqwa untuk bisa menuju surgaNya.


Dosa yang Tidak Terampuni

~ Oleh : Wahyu Miftakhul Huda ~



إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا  ٤٨
Artinya :
Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari ( syirik ) itu bagi siapa yang di kehendaki-Nya. ( Q.S Annisa : 48 )
Pengertian kalimat “dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik “, artinya walaupun terpaksa takut di bawa mati lantaran kurang banyak istighfarnya ketika masih ada umur, maka dosa selain syirik itu masih bisa di ampuni oleh Alloh. Kalau dia sudah masuk di dalam neraka akan Alloh keluarkan dari neraka itu. Akan tetapi kalau dosa kemusyrikan sampai di bawa mati tidak di ampuni oleh Alloh, bahkan dimintakan ampunan kepada Alloh dari keluarganya yang masih hidup pun tidak boleh.
Marilah kita amati, mengapa pada zaman sekarang banyak sekali orang yang terjerumus dalam kesesatan ? ada yang keluar dari agama Islam, ada yang menyekutukan Alloh dengan makhluk lain? Hal ini terjadi karena mereka (manusia) lebih mementingkan perihal duniawi saja seperti keluar dari agama Islam hanya untuk menikahi pasangannya yang berbeda agama, diiming-imingi harta dunia dengan keyakinannya yang digadaikan. Kemudian menyekutukan Alloh dengan yang makhluk-Nya seperti jin, batu, keris, pohon, dan benda keramat lainnya.
Sekarang bagaimana dengan permasalahan tersebut? Pahamilah kenikmatan dunia tidak ada apa-apanya dengan kenikmatan akhirat. Jika diibaratkan seperti jarum jahit yang dicelupkan dalam air yang berada di samudra luas. Orang-orang yang terjerumus dalam kesesatan sesungguhnya adalah orang yang kufur nikmat.
Alloh menguji kita itu dengan berbagai macam versi, di ataranya adalah nikmat sehat, nikmat kecukupan, nikmat kekurangan, nikmat perasaan. Di antara nikmat-nikmat tersebut manakah yang paling banyak membuat orang kufur nikmat sehingga mendorong seseorang untuk menyekutukan Alloh? Yaitu nikmat kekurangan. Kita boleh merasa bahwa rizki kita kurang , harta kita kurang, akan tetapi jangan sampai iman kita juga kurang. Dengan demikian semua kekurangan yang kita rasakan akan berbalik menjadi rasa syukur apabila kekurangan itu dilandasi dengan iman yang kuat, karena jika kita sedang kekurangan belum tentu semuanya serba kekurangan, kita sedang susah tetapi jasmani dan rohani kita sehat, semua keluarga bahagia juga patut kita syukuri.
Kesimpulannya, apapun kenikmatan yang kita rasakan pastikanlah selalu kita landasi dengan iman dalam diri kita masing-masing agar kita tidak termasuk dalam golongan manusia yang kufur nikmat.
Demikian sedikit ilmu yang bisa saya bagi, bila terdapat banyak kesalahan mohon maaf yang sebesar-besarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us