KUPAS DURI DOSA NIKMATI BUAH PAHALA
Kumpulan Materi Kultum Ramadan 1440H Santri Putra Pesantren Mahasiswa Al-Chudlorie kali ini bertemakan "Kupas duri dosa nikmati buah pahala" kumpulan ini dibukukan sebagai kenang-kenangan, berikut adalah materi-materi kultum yang ditulis oleh santri putra :
Niat
~ Oleh : Dzikri At Thooriq ~
Niatkan karena Allah
itu adalah termasuk sabda nabi yang kita harus yakini dan dilaksanakan dengan
penuh keikhlasan. Karena niat/tekad itu
ibarat pondasi bangunan. Apabila niat/tekad kita tidak kuat maka ibarat bangunan
tentu akan roboh, ibadah tidak diiringi niat/tekad yang kuat maka kita ibadah
kita tidak bisa istiqomah dengan baik, itu ibaratnya pondasi yang tidak dibuat
dengan bahan yang kuat dan tidak dibuat dengan baik dan benar maka saat
bangunan tersebut ditambahkan tingkat pada bangunan tersebut yang terjadi yaitu
bangunan itu akan roboh karena pondasi tekad tidak kuat dengan tingginya
tingkatan cobaan tersebut. Maka bahan pondasi seperti apa yang harus digunakan
untuk mambangun bangunan bertingkat yang tinggi ?, bagaimana cara yang
membangun pondasi yang benar ?
Niat yang benar serta kuatkan tekad ibadah supaya ibadah kita bisa di
terima oleh Allah dan kita istiqomah dalam beribadah. Hal yang terpenting untuk
membenarkan niat dalam beribadah yaitu berprinsip Solatku, Ibadahku, Hidupku,
dan Matiku untuk Allah semata. Maka meningkatkan keimanan kita perlu
ditingkatkan dengan benar. Jangan sampai berprinsip Solatku, Ibadahku, Hidupku,
dan Matiku untuk Tiga Ta, Tiga yang dimaksud yaitu Harta, Tahta, Wanita. Ketiga
itu adalah hal yang membuat niat beribadah kita melenceng yang akibatnya tak
memperoleh pahala apapun dari ibadah yang kita perbuat. Misalnya solat
berjamaah di masjid niat ingin memperoleh pahala 27 mungkin akan memperoleh
pahala 27 sesuai apa yang dilalkukan, tapi kalo niatnya nuker sandal di masjid
beda lagi dengan apa yang kita peroleh yang kita hanya dapat sandal yang bagus.
Niat juga bisa di ibaratkan bahan bakar maka apabila misalkan niat kita
di majelis ilmu atau di tempat pengjian untuk memperoleh ilmu dan pahala maka
cara duduknya, posisi duduknya di depan atau belakangnya akan keliatan, dan
juga bawa bolpoin dan buku untuk mencatat dan lain-lain pasti kelihatan kalau
mereak di majelis ilmu ini niat karena Allah, beda kalau datang ke majelis niat
karena ingin makan snack, letak duduknya asalan-asalan, ngobrol, bawa buku
bolpen ? itu hal yang mustahil.
Tatalah niat dalam hidup di dunia ini yaitu mencari berkah dari Allah
semata bukan harta, tahta, wanita atau yang disebut Tiga Ta.ingatlah hidup
cuman sekali dan ingatlah Azab Allah apabila kita melanggar larangannya. Cara
yang ampuh untuk meluruskan niat kita yang salah yaitu meningkatkan keimanan
kita dengan cara mengingat kematian, perbanyak dzikir dan berdoa kepada Allah SWT.
Harapan saya dalam penyampaian kultum hari ini sebenarnya hanya untuk
mengingatkan anda semua untuk selalu di jalan Allah yang benar.
Memperbanyak Doa di Bulan Romadhon
~ Oleh : Fani Suryawan ~
Sungguh Allah Subhanahu
Wa Ta’ala maha pemberi kepada makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa
kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang
meminta kepada-Nya. Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena
cinta-Nya Allah memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang
berdoa. Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa
membutuhkan akan Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik
maupun yang buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya di kertas,
entah berapa lembar akan terpakai.
Bulan
ini yang bertepatan dengan bulan romadhon, yaitu bulan kemuliaan, bulan yang
penuh dengan berkah, waktu di mana disitu doa akan dikabulkan atau yang sering
disebut dengan waqtil mustajabah. Maka dari itu marilah kpada bulan ini
kita manfaatkan sebagai ajang untuk memohon ampunan, memohon pertolongan Kepada
Allah SWT dengan cara berdoa dengan Khusyu’. Bersikaplah positive thinking
bahwa Allah akan mengabulkan doa kita Di antara usaha yang bisa kita upayakan
agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan
waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu
tersebut dikabulkan. Di antara
waktu-waktu tersebut adalah:
1. Ketika
sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai
hamba-Nya yang berdoa di sepertiga malam yang terakhir. Allah Ta’ala
berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُون
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir
malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir
adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa
Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang
berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا ، حين يبقى ثلث الليل
الآخر، يقول : من يدعوني فأستجيب له ، من يسألني فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
Rabb kita turun ke langit dunia
pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman:
‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu
kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘”
(HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
2. Ketika
berbuka Puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan
waktu yang penuh keberkahan, karena di waktu ini manusia merasakan salah satu
kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian
menahannya. Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa
orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل و المظلوم
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak.
Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya
orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban
no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
Maka dari itu, marilah kita selalu berdoa,
memohon pertolongan kita kepada Allah SWT. Terutama pada bulan Romadhon tahun
ini. ingat, janganlah sia-siakan kesempatan ini. Gunakanlah waktu sebaik
mungkin agar kita tidak tergolong dalam golongan orang yang menyia-nyiakan
waktu. Naudzubillahi Mindzalik.
Gembira Menyambut Ramadhan
~ Oleh : Moch Firda ~
Ramadhan Kariim,
Marhaban Ya Ramadhan
… Bulan Ramadhan telah benar-benar datang menjelang. Kaum muslimin kembali
bergembira dengan datangnya bulan yang mulia ini. Setelah sebelas bulan kita mengarungi
kehidupan yang penuh warna-warni, maka inilah momentum yang tepat bagi kita
semua untuk membersihkan diri dari segala dosa yang melekat tanpa kita sadari.
Kaum Muslimin yang berbahagia …
Sungguh kita semua
bergembira sepenuh hati dengan datangnya Ramadhan yang penuh berkah. Rasa
gembira ini adalah cerminan ketakwaaan yang ada dalam hati kita, karena
sejatinya bulan Ramadhan adalah salah satu dari syiar dalam agama kita, yang
harus senantiasa kita hormati dan agungkan. Allah SWT berfirman :
“ Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj 32)
Karenanya, sungguh mengherankan
jika ada sebagian kaum muslimin yang justru merasa berat dengan hadirnya
Ramadhan, merasa bahwa Ramadhan mengekang segala kebebasan dan kemerdekaannya.
Atau ada pula yang merasa biasa-biasa saja, merasa bahwa Ramadhan hanyalah
rutinitas belaka, yang datang silih berganti sebagaimana bulan-bulan lainnya.
Sikap seperti ini, tentu saja bukan cerminan ketakwaan yang ada dalam hati.
Melainkan timbul dari hati yang sakit atau jiwa yang lekat dengan maksiat.
Tentu saja kita berlindung dari sikap yang demikian …Naudzu billah tsuma
naudzu billah.
Ma’asyirol mukminin rahimakumullah …
Kegembiraan kita
tentu saja bukan sebagaimana kegembiraan anak-anak kecil dengan hadirnya Ramadhan.
Karena mereka juga bergembira dengan datangnya bulan mulia ini, karena mempunyai
waktu banyak untuk bermain bersama teman, bahkan –mungkin saja- gembira karena
adanya petasan, dan janji pakaian baru di hari lebaran. Kegembiraan yang
semacam ini tentu saja melekat pada diri anak-anak semata, tapi bukan
kegembiraan yang kita maksudkan dalam menyambut Ramadhan yang mulia. Begitu
pula kegembiraan kita bukanlah kegembiraan anak –anak yang beranjak remaja. Di mana
mereka bergembira dengan hadirnya Ramadhan, karena mempunyai banyak kesempatan
untuk jalan-jalan menghabiskan waktu bersama teman atau bahkan pasangannya.
Banyak kita saksikan kesucian Ramadhan ternoda, dengan muda-mudi yang justru
menggunakan waktu-waktu ibadah untuk saling PDKT satu sama lainnya. Naudzu
billah tsumma naudzu billah ..
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu
wa ta’ala …
Sesungguhnya kita
bergembira dengan hadirnya Ramadhan, karena bulan ini membawa banyak keutamaan
bagi kita semua. Jika kita merenunginya satu persatu lebih mendalam, maka tentulah
kegembiraan itu akan kian bertambah lengkap dan sempurna. Marilah kita melihat beberapa
keutamaan Ramadhan yang menjadikan alasan kita bersuka cita menyambutnya …
Hal Pertama yang
membuat kita bahagia karena Ramadhan bulan penggugur dosa kita Rasulullah SAW
bersabda dengan lisannya yang mulia :
”Shalat lima waktu, shalat jum’at
sampai ke shalat jum’at berikutnya, puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan berikutnya
adalah sebagai penghapus (dosa) apabila perbuatan dosa besar ditinggalkan”.
(HR. Muslim).
Hadirnya Ramadhan
sungguh menjadikan momentum bagi kita untuk membersihkan diri dari segala noda
dosa dan kemaksiatan yang tidak kita sadari. Ibaratnya pakaian yang sehari-hari
kita pakai, meskipun tidak terkena lumpur atau kotoran yang jelas, tetap saja
kita harus mencucinya karena ada debu yang melekat erat. Begitupun diri kita,
sekalipun kita tidak menjalani dosa besar, namun tentu saja tanpa kita sadari
terkadang ada hal yang kita lakukan menyebabkan noda kecil dalam hati kita,
bisa jadi melalui lisan, pandangan, atau bahkan anggota badan kita. Astaghfirullahal
adziim … Hasbunallah wa nikmal wakiil .
Inilah yang membuat kita bersuka
cita karena mendapat kesempatan untuk menyucikan diri dari kita. Maka marilah
kita menjalankan ibadah di dalamnya dengan penuh iman dan pengharapan, serta
memperbanyak istighfar, agar benar-benar Ramadhan ini menjadi bulan
pengampunan. Bahkan diriwayatkan pula, bagaimana malaikat Jibril as melaknat
mereka yang mendapati Ramadhan, tetapi tidak diampuni dosan-dosanya. Semoga ini
bisa menjadi cermin bagi kita semua.
Kaum muslimin yang berbahagia …
Hal kedua yang
membuat kita berbahagia adalah, karena Ramadhan merupakan bulan musim kebaikan,
di mana kita semua menjalankan ibadah dengan penuh semangat, berbondong-bondong
dan sungguh terasa lebih ringan. Inilah yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah
SAW, tentang Ramadhan sebagai musim kebaikan yang menakjubkan :
“(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu
surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan berserulah
malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah”
(demikian) sampai berakhirnya ramadhan” ( HR Ahmad).
Inilah yang menjadikan kita
bergembira, karena kebaikan begitu mudah dijalankan. Bersama-sama kita lihat di
masjid, mushola, bahkan di rumah-rumah kita, bagaimana Ramadhan menyinari kita
dengan banyak amal dan kegiatan yang tak putus dan henti-hentinya. Dari mulai pagi
hari hingga malam menjelang, bergantian kita melaksanakan amal kebaikan yang
begitu beragam. Subhanallah walhamdlillah …..
Kaum muslimin yang berbahagia …
Hal ketiga yang
membuat kita berbahagia adalah, karena Ramadhan adalah bulan di mana ukhuwah
kita meningkat. Bayangkan saja, bagaimana hari-hari ini dipenuhi dengan banyak pertemuan
antar jamaah masjid, dari mulai sholat tarawih berjamaah, tadarusan selepas tarawih,
hingga sholat shubuh berjamaah …. Kaum muslimin berkumpul setiap harinya dan merasakan
keindahan ukhuwah yang luar biasa. Bahkan bukan hanya di luar rumah, di dalam rumah
pun kita menemukan keharmonisan yang bertambah saat Ramadhan tiba. Banyak kesempatan
untuk berkumpul antar anggota keluarga, khususnya saat buka puasa dan sahur menjelang.
Ini semua tanpa kita sadari, sungguh membuat hati kita lebih tenteram dan
nyaman. Lebih siap untuk menjalani semua aktifitas dan tantangan dalam
kehidupan ini.
Kaum muslimin yang berbahagia …
Yang terakhir, tentu
saja kita bergembira dalam bulan Ramadhan ini karena Allah SWT banyak menjanjikan
pahala kemuliaan bagi kita semua melalui amal-amal yang ada di dalamnya. Setiap
amal mempunyai keutamaannya masing-masing. Khususnya kita bergembira karena di
dalam Ramadhan ada satu malam yang mulia, yaitu lailatul qadar yang bernilai
melebihi seribu bulan. Ini menjadi kesempatan yang sungguh kita impikan, untuk
mendapatinya dengan memperbanyak ibadah pada malam tersebut.
Akhirnya, marilah
kegembiraan ini kita jadikan sebagai pemicu awal untuk lebih bersemangat dalam
mengarungi samudera keberkahan Ramadhan dengan ragam ibadahnya yang mulia. Kita
menjalaninya satu persatu dengan ringan penuh suka cita, agar semua yang
dijanjikan bisa kita dapatkan dalam Ramadhan ini. Semoga Allah SWT memudahkan
…..
3 Hal Penting yang Sering Diremehkan
~ Oleh : Fahmi
Zulman Affandi ~
Kita mendengar perkataan
sayyidina Umar bin Khattab ra, kata beliau: "Sesungguhnya Allah SWT
menyembunyikan ridho-Nya di dalam amal-amal yang diperbuat oleh manusia dan
Allah SWT menyembunyikan murka-Nya dibalik dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia
dan Allah SWT menyembunyikan kekasih-kekasih-Nya di antara orang-orang ramai
yang diremehkan manusia”
Masya Allah maka kita tidak boleh
meremehkan 3 hal ini :
Satu, amal-amal yang kemudian
mengundang ridho Allah
Sesungguhnya amal
bukanlah besar atau kecilnya, bukanlah dahsyat atau dianggap remehnya tetapi
amal yang ingin kita bawa kehadapan Allah adalah amal yang diridhoi-Nya,
berapapun besarnya amal tanpa ridho Allah apalah gunanya dan ridho Allah adalah
ahsanu amala, amal yang paling ikhlas niatnya dan paling kemudian
mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya SAW.
Setelah yang fardhu, kita
perlu memiliki amal-amal yang kemudian kita rahasiakan, kita jaga meskipun
kecil, kita dhowwam-kan,
قلة إن أدومها اللاهي عاملي أهبل
“Amalan yang paling dicintai di
sisi Allah SWT adalah yang paling dhowwam yang terus-menerus meskipun
sedikit”
Al-Imam Abu Dawud
mencontohkan bagaimana beliau ketika menyeberang dengan perahu di sungai Tigris
sudah sampai setengah jalan, dan beliau bilang ke tukang perahu, ketika ada
orang bersin di tepian dia mengucapkan tahmid, belum ada yang mengucapkan
tarhim kepadanya Imam Abu Dawud mengatakan, "bisa tidak balik?" kemudian
tukang perahu itu dibayar oleh Imam Abu Dawud lalu mendayung balik dan kemudian
imam Abu Dawud mengatakan kepada orang yang bersin itu "yarhamukallah"
lalu baru kemudian setelah itu Imam Abu Dawud minta tukang perahu kembali, ketika
hari berikutnya ternyata semua orang yang ada di dalam perahu itu bermimpi
bahwa Imam Abu Dawud, ada suara menyatakan Imam Abu Dawud telah membeli surga
dengan harga 1 dirham sebagaimana kata-kata beliau "La'alla mujabat
du'a" mudah-mudahan kalau beliau membalas dengan "yahdikumullahi
wa yuslihba lakum" doa yang diijabah oleh Allah
Yang kedua jangan pernah
meremehkan dosa kita kepada Allah karena bukan besar kecilnya dosa tetapi kata
Fudail bin Iyadh, ini adalah seberapa besar Maha Besar-nya Zat yang kita
durhakai Allah SWT barangkali memberikan satu dosa besar tapi membuat yang
melakukannya takut kepada Allah lalu kemudian dia bertobat itu jauh lebih baik
daripada seseorang melakukan dosa-dosa kecil tapi selalu meremehkan dosa itu tanpa
sadar ternyata itu yang membuat dia dimurkai oleh Allah
Dan yang ketiga,
jangan pernah kita meremehkan sesama manusia karena boleh jadi kekasih-kekasih
Allah itu adalah الخفيون التقوى أهل
orang-orang takwa yang tersembunyi, Allah menyatakan kita tidak patut mengukur
kemuliaan dengan harta, dengan paras, dengan nasab keturunan, dengan kedudukan tetapi
satu-satunya adalah TAQWA,
"inna
akramakum 'indallaahi atqakum"
Sayangnya Taqwa tidak ditampilkan
oleh Allah didalam wajah kita sehingga kita tidak tahu mana yang lebih takwa
dari kita dan mana yang kurang takwa dibanding kita
kesimpulannya kata
imam An-Nawawi, “teruslah berusaha bertakwa dan tawadhu-lah jangan pernah
melihat orang lain dengan pandangan merendahkan karena boleh jadi mereka hamba
Allah yang lebih bertakwa.
Mencari Teman
~ Oleh : Akhmad Faizin ~
Teman merupakan seorang yang kita kenal, dan merupakan pendamping
yang sering bersama kita dan serta lebih dekat dengan kita daripada seorang
yang lain yang belum kita kenal. Teman juga merupakan tingkat kualitas lingkungan
di sekitar kita. Pribadi yang baik biasanya karena lingkungan yang baik.
Pertemanan juga dapat mewujudkan bagaimana kita akan berpribadi.
Pepatah mengatakan seseorang yang berteman dengan sorang
penjual minyak tanah, akan tercium bau minyak tanah, seseorang yang berteman
dengan seorang penjual parfum, akan tercium bau wangi parfumnya, dan seseorang
yang berteman dengan seorang penjual bangkai makan akan tercium pula bau busuk
bangkainya. Dari situlah akan tercermin bagaimana kualitas pertemanan di
lingkungan sekitar kita melalui pertemanan.
Kriteria teman yang baik merupakan teman yang ada dan mau
serta menyempatkan membantu temannya saat keadaan senang maupun sulit. Teman
yang baik juga teman yang dalam segi ibadah adalah teman yang selalu mengajak
kita ke dalam perbuatan yang baik perbuatan amar
ma’ruf nahi munkar yaitu perbuatan
yang mengajak kita untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran itu. Teman baik juga selalu mengingatkan kita akan
hal yang salah, dan mengajak ke dalam amal yang dapat membuat kita melakukan
kebaikan. Semoga kita mendapat teman yang baik dari dunia sehingga membawa kita
ke akhirat.
Teman-teman sekalian, teman yang seperti kita merupakan
teman yang menjadi keluarga. Teman yang dapat akrab seperti inilah yang
dimaksudkan teman dalam Islam. Teman yang selalu memperhatikan teman yang lain
dan selalu tahu tentang masalah orang lain ia pun orang lain itu tidak
bercerita kepada kita. Teman yang seperti itu adalah teman yang dapat kita
percayai karena dapat menyadarkan kita kalau kita juga harus dapat berbuat baik
dan selalu mengajak ke dalam kebaikan kepada orang lain.
Kisah Datangnya Malaikat Izrail yang Menyamar ke Istana Nabi Sulaiman
~ Oleh : Prawito ~
Malaikat Izrail menjadi malaikat yang paling ditakuti oleh
manusia. Kedatangannya menjadi pertanda bahwa usia tidak lagi lama. Tidak hanya
manusia biasa, namun Ia juga mendatangi para Nabi dan utusan-Nya. Nabi Sulaiman
dalam sebuah kisah pernah dikunjungi Malaikat Izrail. Namun tujuannya bukan
untuk mencabut nyawa Nabi yang mampu berbicara dengan para binatang ini. Sang
Malaikat justru terpaku dengan tatapan yang begitu tajam. Ternyata, malaikat
pencabut nyawa ini sedang menatap seorang tamu yang sedang berkunjung ke rumah
Nabi. Karena tatapannya ini, tamu pun sangat ketakutan dan meminta sang
penguasa angin untuk memindahkannya ke Negeri Cina.
Apa yang terjadi selanjutnya? Tidak seorangpun yang
mengetahui kapan dan bagaimana ia akan meninggalkan dunia ini. Sebab, Allah SWT
merahasiakan perkara yang satu ini dari ciptaan-Nya. Kematian setiap makhluk
sudah ditakdirkan, tanpa terkecuali. Ada banyak cara yang dilakukan oleh
malaikat maut untuk mencabut nyawa manusia, tentu saja itu semua atas perintah
dari Allah SWT. Mendatangi rumah atau menjelma menjadi makhluk juga digunakan
malaikat Izrail untuk mencabut nyawa manusia.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan jika pada suatu hari
malaikat pencabut nyawa (malaikat Izrail) mendatangi rumah Nabi Sulaiman. Di
saat itu ada seorang pemuda yang tengah bertamu dan bercakap-cakap dengan Nabi
di rumahnya. Begitu masuk ke dalam rumah tersebut, di saat melihat pemuda
tersebut tiba-tiba saja pandangan malaikat Izrail berubah menjadi lebih tajam.
Hati pemuda tersebut kemudian berdebar-debar karena dipandangi dengan sangat
tajam oleh tamu sang nabi. Tidak hanya itu, ia juga merasa ketakutan dengan apa
yang sudah terjadi. Beberapa saat kemudian, malaikat maut tersebut pergi
meninggalkan Nabi Sulaiman dan pemuda tadi.
Setelah melihatnya pergi, maka bertanyalah pemuda tadi
kepada Nabi Sulaiman. “Ya Nabi Sulaiman alaihissalam, siapakah orang
tadi?” Nabi Sulaiman menjawab, “Itu adalah malaikat maut yang sedang menyamar
menjadi manusia.” Pemuda tersebut berkata, “Sungguh aku tidak nyaman dengan
pandangannya yang terus-menerus menatapku. Aku menjadi takut jangan-jangan dia
ingin mencabut nyawaku. Ya Nabi Sulaiman, sebagai seorang nabi yang diberi
kekuatan oleh Allah untuk menguasai angin, bisakah kau menyuruh angin untuk
menerbangkanku ke negeri Cina? Semoga dia tidak bisa mengejarku ke negeri
Cina.” Nabi Sulaiman berkata, “Apabila memang sudah waktumu untuk meninggal,
bukankah kau tidak bisa lolos dari kematian?”
“Ya,
tetapi aku ingin mencobanya. Wahai nabi Sulaiman, aku mohon kepada engkau agar
menyuruh angin untuk membawaku ke negeri Cina”, katanya.
Setelah memohon dengan sungguh-sungguh akhirnya Nabi
Sulaiman bersedia mengabulkan keinginan si pemuda tadi. Dengan mukjizat dari
Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada Nabi Sulaiman maka ia bisa memerintahkan
angin untuk membawa pemuda itu ke negeri Cina sesuai dengan permintaannya.
Hingga akhirnya sampailah pemuda tersebut ke negeri Cina.
Beberapa lama setelah kejadian tersebut, datanglah malaikat
maut kepada Nabi Sulaiman. Lantas, bertanyalah Nabi mengapa malaikat maut itu
menandangi pemuda tersebut dengan pandangan yang tajam. Kemudian malaikat maut
menjawab, “Sesungguhnya aku diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa
pemuda itu pada saat yang telah ditentukan (hari itu) di negeri Cina. Aku
memandanginya karena keheranan, mengapa Allah menyuruhku untuk mencabut
nyawanya di negeri Cina sementara aku melihatnya sedang berada di dekatmu?”
Maka malaikat maut melanjutkan, “Ternyata pahamlah aku, karena tidak lama
setelah aku pergi, tiba-tiba angin membawanya ke negeri Cina. Dan aku telah
mencabut nyawanya hari itu di Cina.”
Dari kisah di atas bisa diambil pengajaran bahwasanya tidak
ada satupun orang yang dapat menolak datangnya kematian kemanapun ia pergi
untuk menghindarinya. Maka terimalah segala sesuatu sudah ditakdirkan Allah SWT
kepada kita.
7 Orang yang Mendapatkan Naungan di Hari Kiamat
~ Oleh : Hafidz Ruzaini ~
Yang dimaksudkan
naungan di sini adalah naungan ‘Arsy Allah sebagaimana dikuatkan riwayatnya
oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2: 144).
Hadits lengkapnya berbunyi sebagai
berikut :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا
ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam
naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya :
اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ
(1) imam yang adil,
وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ
(2) seorang pemuda yang tumbuh
dewasa dalam beribadah kepada Allah,
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ
(3) seorang yang hatinya bergantung
ke masjid,
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ
(4) dua orang yang saling mencintai
di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ :
إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ
(5) seorang laki-laki yang diajak
berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia
berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allah.’
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
(6) seseorang yang bershadaqah
dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak
tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
(7) seseorang yang berdzikir kepada
Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari, no.
1423 dan Muslim, no. 1031)
Pertama, yang akan mendapatkan
naungan Allah adalah pemimpin yang adil.
Pemimpin ini bersikap
adil. Dalam hal amanat ia benar-benar mengembannya dengan baik, tidak melampaui
batas dan tidak meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan tidak
beralih pada kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan
Allah pada hari kiamat.
Kedua, adalah pemuda yang tumbuh
dalam ketaatan pada Allah.
Kenapa disebut
pemuda? Karena pemuda asalnya nafsunya begitu tinggi pada dunia dan kebanyakan
itu lalai dari akhirat. Kalau ada pemuda yang rajin berjamaah di masjid, rajin
menghadiri shalat fajar, akhlaknya pun bagus pada bapak-ibunya, dialah pemuda
yang jadi harapan akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Pemuda seperti itu sangat jarang
kita temui saat ini karena kebanyakan pemuda itu lalai, di antara mereka lebih
suka bersenang-senang dan berfoya-foya. . Untuk saat ini jarang sekali kita
lihat pemuda yang mau sadar untuk ke masjid kecuali yang dirahmati oleh Allah subhanahu
wa ta’ala.
Maka pantas saja, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memasukkan pemuda yang rajin ibadah dalam golongan yang
akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat.
Ketiga, adalah ada orang yang
hatinya selalu terkait dengan masjid.
Yang dimaksud di sini
adalah laki-laki. Karena wanita lebih layak tempatnya di rumah. Sampai pun
untuk shalat lima waktu, wanita lebih utama mengerjakannya di rumah dan
pahalanya lebih besar. Sedangkan laki-laki, tempat shalatnya itu di masjid.
Laki-laki yang hatinya terkait
dengan masjid adalah yang biasa menunggu shalat setelah shalat, misalnya ia
menunggu waktu antara Maghrib dan Isya dengan berada dalam majelis ilmu dengan
mendengar kajian Quran atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keempat, adalah dua orang yang
saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah
karena-Nya.
Yang dimaksud adalah
mereka yang berteman karena Allah. Sehingga teman yang dipilih adalah karena
tertarik pada keshalihan, bukan tertarik pada dunia dan harta. Pertemanan
tersebut dibangun di atas iman sampai maut menjemput.
Kelima, ada seorang laki-laki yang
diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu
ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh.’
Ada wanita yang kaya
raya, terhormat dan begitu cantik. Ia menggoda dan mengajak laki-laki untuk
berzina. Namun karena takut pada Allah, laki-laki tersebut tidak melakukannya.
Hadits ini mengisyaratkan tentang
kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam dengan permaisuri Raja Mesir yang
menggodanya. Kalau tidak dengan pertolongan dan perlindungan Allah tentu Nabi
Yusuf bisa saja terjerumus dalam zina.
Maka kita bisa selamat dari maksiat
hanya dengan pertolongan Allah. Ingatlah kalimat “Laa hawla wa laa quwwata
illa billah”. Apa maksud kalimat tersebut?
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
berkata,
لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ
عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ
“Tidak ada daya untuk menghindarkan
diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan
untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.
Golongan keenam yang nantinya akan
mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat adalah
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ
Keenam, seseorang yang bershadaqah dengan satu
shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang
diinfaqkan tangan kanannya.
Maksudnya, sedekah
yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi. Lihatlah
ibarat yang dinyatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tangan
kanan yang berinfak lantas tangan kiri tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan
bahwa yang paling dekat saja tidak mengetahui kalau ia bersedekah.
Namun boleh saja seseorang
bersedekah terang-terangan untuk memberikan contoh pada orang lain. Juga
sedekah boleh dilakukan terang-terangan jika yang dimaksud adalah sedekah wajib
(seperti zakat dan nafkah keluarga).
Lalu golongan ketujuh yang akan
mendapatkan naungan Allah adalah,
وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Ketujuh, seseorang yang berdzikir
kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.
Maksudnya adalah orang
yang rajin berdzikir pada Allah dengan benar-benar menghayati, hingga terkadang
air matanya menetes ketika menyendiri karena takutnya pada Allah.
Dikatakan ia berdzikir seorang diri
(ketika sepi) menunjukkan bahwa dzikir yang utama itu disembunyikan, karena
lebih akan terjaga dari riya’.
Semoga Allah menggolongkan kita
masuk dalam tujuh golongan di atas yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Aamiin.
Bercanda dan Tertawa Tidak Boleh?
~ Oleh : Elvani Dandi Rizki Pratama ~
Apakah Anda termasuk
orang yang suka bercanda? Ataukah Anda adalah orang yang sangat serius dan
tidak suka bercanda? Apakah Anda termasuk orang yang banyak tertawa? Ataukah
Anda termasuk orang yang tidak sering tertawa?
Manusia
diciptakan oleh Allah dengan berbagai watak dan perilaku. Kita tidak bisa
menyalahkan sepenuhnya orang yang memiliki watak demikian. Karena tertawa
adalah fitrah manusia, yang tidak diberikan kepada hewan. Apakah pembaca pernah
mendapatkan hewan yang tertawa? Jujur saja penulis sendiri belum pernah
mendapatkannya. Mungkin, kalau pun ada itu hanya terjadi pada momen-momen
tertentu dan sangat jarang sekali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah
memberikan beberapa nasihat kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, di antara
nasihat tersebut adalah perkataan beliau:
)) وَلاَ تُكْثِرِ
الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ
الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.((
“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan
mematikan hati.”
Apakah
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak pernah tertawa?
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah
tertawa. Banyak hadits yang menunjukkan hal
tersebut, di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dalam hadits qudsi yang panjang,
Allah Ta’ala berkata kepada anak adam:
Anak Adam itu
pun berkata:
)) يَا رَبِّ
أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّيْ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ؟ ((
“Wahai Rabb-ku! Apakah Engkau mengejekku, sedangkan Engkau adalah
Rabb alam semesta?”
Kemudian Ibnu
Mas’ud pun tertawa dan berkata, “Mengapa kalian tidak bertanya kepadaku,
mengapa aku tertawa?” Murid-murid Ibnu Mas’ud pun bertanya, “Mengapa engkau
tertawa?” Beliau menjawab, “Seperti inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tertawa. Para
sahabat pun bertanya kepada Rasulullah, ‘Mengapa engkau tertawa, ya
Rasulullah?’ Beliau pun menjawab:
)) مِنْ ضِحْكِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حِيْنَ قَالَ أَتَسْتَهْزِئُ مِنِّيْ وَأَنْتَ رَبُّ
الْعَالَمِيْنَ؟ فَيَقُوْلُ إِنِّيْ لاَ أَسْتَهْزِئُ مِنْكَ وَلَكِنِّيْ عَلَى
مَا أَشَاءُ قَادِرٌ.((
‘Karena tawanya Rabb alam semesta ketika dia (anak adam) berkata:
Apakah Engkau mengejekku sedangkan Engkau adalah Rabb alam semesta?’ Kemudian
Allah berkata, ‘Sesungguhnya Aku tidak mengejekmu, tetapi semua yang Aku
inginkan Aku mampu.’.”
Sesuatu yang berlebih-lebihan,
kebanyakan akan membawa dampak buruk. Sama halnya dengan bercanda dan tertawa.
Apabila terlalu sering bercanda dan tertawa, maka akan mengakibatkan banyak
keburukan.
Diriwayatkan
dari Al-Hasan radhiallahu
‘anhu, dia berkata, “Seorang nenek tua mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nenek itu pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia
memasukkanku ke dalam surga!’ Beliau pun mengatakan, ‘Wahai Ibu si Anu!
Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.’ Nenek tua itu pun pergi
sambil menangis. Beliau pun mengatakan, ‘Kabarkanlah
kepadanya bahwasanya wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan
seperti nenek tua. Sesungguhnya Allah ta’ala mengatakan:
(35) Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung.
(36) Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) Penuh cinta lagi sebaya
umurnya.” (QS Al-Waqi’ah)
Jika kita
perhatikan hadits–hadits di atas, maka kita akan mendapatkan
bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bercanda
pada beberapa keadaan tertentu, tetapi canda beliau tidak mengandung kedustaan
dan selalu benar.
7 Keutamaan Malam Lailatul Qadar
~ Oleh : Andriyan ~
Setiap muslim pasti menginginkan malam
penuh kemuliaan, Lailatul Qadar. Malam ini hanya dijumpai setahun
sekali. Orang yang beribadah sepanjang tahun tentu lebih mudah mendapatkan
kemuliaan malam tersebut karena ibadahnya rutin dibanding dengan orang yang
beribadah jarang-jarang.
1.
Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur’an
Ibnu ‘Abbas dan
selainnya mengatakan, “Allah menurunkan Al Qur’an secara utuh sekaligus dari
Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah
menurunkan Al Qur’an kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-
tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23
tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 403). Ini sudah menunjukkan
keistimewaan Lailatul Qadar.
2.
Lailatul
Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan.” (QS. Al Qadar: 3).
An Nakho’i mengatakan,
“Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat
Latho-if Al Ma’arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan
amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000
bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini
sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa.
3. Lailatul Qadar adalah malam yang
penuh keberkahan.
Allah Ta’ala
berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3).
Malam
penuh berkah ini adalah malam ‘lailatul qadar’ dan ini sudah menunjukkan
keistimewaan malam tersebut, apalagi dirinci dengan poin-poin selanjutnya.
4. Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril-
turun pada Lailatul Qadar.
Keistimewaan Lailatul
Qadar ditandai pula dengan turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
“Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4)
Banyak
malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah
(berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan
turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang
membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam
majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap
mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. (Lihat
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407)
Malaikat
Jibril disebut “Ar Ruuh” dan dispesialkan dalam ayat karena menunjukkan
kemuliaan (keutamaan) malaikat tersebut.
5. Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’
Yang dimaksud ‘salaam’
dalam ayat,
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
“Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al Qadr: 5)
Yaitu
malam tersebut penuh keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di
malam tersebut baik berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Demikianlah kata
Mujahid (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407). Juga dapat berarti bahwa
malam tersebut, banyak yang selamat dari hukuman dan siksa karena mereka
melakukan ketaatan pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini
menunjukkan keutamaan luar biasa dari Lailatul Qadar.
6. Lailatul Qadar adalah malam
dicatatnya takdir tahunan
Allah Ta’ala
berfirman,
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (QS. Ad Dukhan: 4).
Ibnu
Katsir dalam kitab tafsirnya (12: 334-335) menerangkan bahwa pada Lailatul
Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam
setahun, juga akan dicatat ajal dan rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu
hingga akhir dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu Malik,
Mujahid, Adh Dhohak dan ulama salaf lainnya.
Namun
perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari Imam Nawawi rahimahullah
dalam Syarh Muslim (8: 57)– bahwa catatan takdir tahunan tersebut tentu saja
didahului oleh ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan ditampakkan
pada malikat dan ia akan mengetahui yang akan terjadi, lalu ia akan melakukan
tugas yang diperintahkan untuknya.
7. Dosa setiap orang yang menghidupkan malam ‘Lailatul
Qadar’ akan diampuni oleh Allah
Dari Abu Hurairah,
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa
melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap
pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari no. 1901)
Ibnu
Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena
iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang
yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna
mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya
berbuat riya’. (Lihat Fathul Bari, 4: 251)[1]
Ya
Allah, mudahkanlah kami meraih keistimewaan Lailatul Qadar dengan bisa
mengisi hari-hari terakhir kami di bulan Ramadhan dengan amalan sholih.
Patience or Gratitude?
~ Oleh : Rhaka Surya Hutama ~
Kata apa yang kita pakai sebagai perwujudan sikap, ketika
kita mendapatkan pemberian dari Allah Swt. Mungkin, dengan sikap sabar atau
dengan rasa syukur. Disaat kita duduk termenung memikirkan usaha yang gagal
atau lamaran yang ditolak, dan memikirkan cara apa lagi yang harus dilakukan
agar berhasil, dan tak lama kemudian datang sahabat kita dan memperhatikan,
dengan ucapannya dia mengatakan, “Yang sabar ya ini mungkin ujian dari Allah”,
sembari menepuk pundakmu dengan tangan kanannya. Dengan kata sabar mengartikan
kita harus tahan menghadapi permasalahan itu, dan segera lekas untuk beranjak
dari permasalahan itu, dan melanjutkan usaha kita.
“Hari
ini cuma dapet segini”, kata Ayah yang kemudian memberikan hasil upah kerjanya
seharian kepada Ibu, “Alhamdulillah, bersyukur kita masih bisa dapet
rezeki” kata Ibu yang mulai memijat pundak Ayah dengan kedua tangannya. Kata
syukur dapat kita pakai ketika kita telah mendapatkan sesuatu atas pemberian
Allah SWT atau setelah kita terlepas dari permasalahan. Tapi kedua kata ini
memiliki perbedaan yang tipis.
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ اتَّقِي اللَّهَ
وَاصْبِرِي قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّي فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي وَلَمْ
تَعْرِفْهُ فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ
عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ فَقَالَ إِنَّمَا الصَّبْرُ
عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
Artinya
: “Sesungguhnya sabar itu pada pertempuran yang pertama”. Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Imam Hadits yang Enam,
dari Anas bin Malik.
Sikap
sabar kita bisa menjadi pintu awal terbukanya kebaikan yang lain, sesuai dengan
hadits di atas bahwa sabar adalah pertempuran yang pertama, jika kita berhasil
lolos dari pertempuran itu maka kita akan dapat rasa syukur karena masih bisa
menerima dan tahan akan ujian yang datang.
Barangkali kita memaknai kata sabar
sebagai wujud kekuatan iman kita, yang tahan terhadap cobaan, dan percaya bahwa
Allah SWT. memberikan ujian sesuai dengan kemampuan umatnya. atau kita
bersyukur dari pemberian yang diberikan kepada Allah SWT. dan yakin bahwa Allah
SWT. akan memberikan nikmat yang lebih kepada umatnya.
Allah
SWT. berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ`
Artinya
: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Q.S Ibrahim ayat 7
Sebenarnya manakah hal yang lebih
baik perlu kita lakukan untuk menjadi umat yang takwa, Apakah kita harus
bersabar atau apakah kita harus bersyukur?”. Dan pemaknaan arti dari kedua kata
ini memiliki tujuan agar umat semakin paham atas kebesaran, kita tidak
semena-mena menggunakan kata sabar dan syukur hanya sebagai arti dari lisan
saja, tapi arti yang kita yakini dalam hati kepada Allah SWT.
Semua
hal di bumi ini tidak tiba-tiba tercipta dengan sendirinya tanpa ada kehendak
dari yang maha besar karena Allah maha besar yang sempurna dalam pembentukan
bumi dan alam semesta, dan takdir yang telah dituliskan kepada umat manusia
sebelum dia dilahirkan. Semua itu sudah direncanakan sebelumnya terlahir.
Pemaknaan
dari kata “Sabar”
Pada bulan Ramadan umat Islam
melakukan puasa. Dalam ibadah puasa terdapat unsur kesabaran menahan rasa
lapar, haus, dan meninggalkan syahwat. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Azza
wa Jalla dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits
qudsi, yang artinya), ‘Dia meninggalkan syahwatnya karena-Ku. (Diringkas dari
Fat-hul Bâri (IV/107-108)
Kemudian
Rasulullah ﷺ bersabda, “Dengan berpuasa, tidak ada yang
menyamainya”.
Karena
dengan bersabar berarti menjauhkan diri dari hasrat dan nafsu, rasa amarah pada
diri dan hal-hal buruk yang juga menjauhkan diri makan, minum, dan bersenggama.
Sangat besar nilai dari sebuah kesabaran dan prioritas dari kesabaran itu
sendiri.
Dalam
sebuah surat Allah Swt. berfirman:
إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ
الْفَائِزُونَ
Artinya
: Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran
mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang". (Q.S
Al-Mu’minun ayat 11)
Allah
Swt. juga memberikan kebahagiaan kepada umat yang senantiasa menahan
kesabarannya.
Terlebih
lagi kesabaran terkutip di dalam Al-Qur’an sekitar pada 90 tempat dan ini
membuktikan bahwa kesabaran memiliki prioritas lebih dari rasa syukur. Dan jika
membandingkan keduanya dari sebuah hadits, bahwa kesabaran memiliki jumlah yang
lebih besar dari rasa syukur, karena banyak hadits yang menyebutkan tentang itu
di dalam semua bab hadits.
Pemaknaan
kata Syukur
Allah
Swt. berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ`
Artinya
: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Q.S Ibrahim ayat 7
Dari
sikap rasa syukur kita yang kita lakukan, Allah Swt memberikan sesuatu yang
jelas yang berupa nikmat, berbeda dengan kesabaran Allah Swt menjelaskan secara
umum atau arti dari pemberian dari sikap sabar adalah pemberian lebih besar
daripada kenikmatan yang berarti secara khusus.
Ibnu
Al Jauzi, mengatakan tiga hal yang berkaitan dengan kesabaran dan rasa syukur :
Pertama, kesabaran lebih baik daripada, rasa syukur. Kedua, rasa
syukur lebih baik daripada kesabaran. Ketiga, Keduanya berarti sama.
Menurut
beliau, walaupun kesabaran lebih baik daripada rasa syukur dan juga sebaliknya
tapi tetap saja, menurut beliau semuanya tetap bernilai sama. Walaupun
kesabaran lebih luas penempatannya
dan
pemaknaannya tapi hal itu juga sesuai dengan yang akan didapat dari sebuah
nilai kesabaran.
Umar
bin Khatab R.a berkata, “Jika kesabaran dan rasa syukur menjadi bentuk seperti
unta, maka aku tidak peduli, dimana aku harus menungganginya”.
Kesabaran
bisa dimana saja secara universal, entah itu sabar menahan cobaan secara lahir
maupun batin. Dimanapun tempat yang disinggahi, kapanpun waktu yang berjalan,
sikap sabar selalu ditanamkan di dalam diri. Karena Allah Swt senantiasa
memperhatikan umatnya dimanapun kapanpun, dan tidak ada yang bisa sembunyi dari
penglihatan Allah Swt.
Contoh
lain pada sebuah hadits berikut ini
Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Barangsiapa
yang makan dengan rasa syukur, sama tempatnya dengan orang yang berpuasa dengan
sabar”
[al-Tirmidhi
2486, Hasan. And Ibn Khuzaimah declared it sahih in his collection (1898), as
did Ibn Hibban (952) and al-Haakim (4/136). And al-Dhahabi agreed with that. It
is also recorded in Ibn Maajah 1764, hasan. And Al-Albaani declared it sahih in
al-Silsilah al-Saheehah 2/258]
Hadits
di atas juga menunjukkan bahwa kesabaran dan rasa syukur memiliki derajat yang
sama walaupun proses penerapannya berbeda, karena keduanya memiliki arti untuk
takwa kepada Allah Swt. tanpa ada perasaan penolakan.
Kedua arti kata sabar dan syukur
menjadi dasar akan sikap yang akan dilakukan, tidak bermaksud untuk
membandingkan keduanya mana yang lebih dan mana yang tidak, dan mana yang harus
diprioritaskan terlebih dahulu. Syukur dan sabar adalah sama, tidak ada yang
beda, ditujukan kepada ¬Rabb penguasa alam semesta. Umat Islam hanya harus berusaha untuk menjadi
hamba yang senantiasa bersabar dalam menghadapi sesuatu dan dan bersyukur dari
apa yang didapat.
Semoga
kita menjadi umat yang selalu bersabar dan bersyukur. Fasilitas Akhirat bagi Orang yang Berpuasa
~
Oleh : Abdul Muhaimin ~
Demi menjaga kualitas dan kontinyuitas amal kita dalam bulan
Ramadhan ini, marilah kembali mengingat janji Allah yang dijanjikan kepada
kita, khususnya yang berkaitan dengan ibadah puasa yang kita jalani ini. Dengan
menghayati apa saja yang akan diberikan Allah SWT kepada kita, maka insya Allah
puasa kita akan terasa ringan, sebagaimana kitapun akan lebih bersemangat dalam
menjalankan amal kebaikan lainnya di dalam Ramadhan. Mari kita lihat kembali
bagaimana sesungguhnya fasilitas yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala
kepada mereka yang berpuasa dengan baik di bulan Ramadhan ini.
Pertama
: Ampunan di sisi Allah SWT
Rasulullah
SAW bersabda dalam hadits yang kita sama-sama sering mendengarnya disampaikan
para muballigh dalam hari-hari ini. Hadits yang singkat tetapi mempunyai
nilai motivasi yang kuat bagi kita : “Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan
keimanan dan penuh pengharapan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
“ (HR Bukhori Muslim).
Siapa yang tidak bergembira mendapatkan ampunan dari setiap
dosa ? Karena sungguh setiap kita tidaklah berjalan di atas muka bumi ini
kecuali dengan memanggul dosa yang terus bertambah setiap harinya, tanpa kita
sadari. Ibaratnya tahanan, maka puasa akan menjadikan kita mendapatkan remisi
pembebasan dari neraka. Amin allahumma amiin. Tentunya dengan dua syarat
yang telah disebutkan begitu jelas dalam hadits tersebut, yaitu : dengan penuh
keimanan dan pengharapan. Berpuasa dengan sepenuh keikhlasan dan keyakinan,
serta mengharap pahala yang agung di sisi Allah SWT, karena itulah ia senantiasa
menjaga kualitas puasanya dari hari ke hari. Menjaganya agar tidak terkotori
dengan noda-noda yang akan mengurangi nilai pahalanya.
Kedua
: Bau mulut yang Wangi
Fasilitas
kedua yang diberikan Allah SWT kepada orang yang berpuasa adalah, bau mulut
kita menjadi begitu semerbak mewangi di akhirat nanti. Rasulullah SAW bersabda
:
“Sungguh
bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi disisi Allah subhanahu wa ta’ala
daripada wangi minyak kesturi” (HR Bukhori)
Jamaah
sekalian rahimakumullah …
Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya mengapa hal
semacam ini menjadi kekhususan tersendiri di sisi Allah SWT. Mengapa persoalan
bau mulut sampai diungkit dalam janji Allah SWT kepada hamba-Nya yang berpuasa
?. Marilah kita lihat janji ini sebagai isyarat bahwa apapun yang terkait orang
yang berpuasa sungguh akan dihargai oleh Allah SWT, bahkan sekalipun yang
terkait dengan bau mulut. Logika sederhananya adalah, jika bau mulut saja sudah
begitu diperhatikan dan dihargai, maka bagaimana dengan hal-hal lain seputar
orang berpuasa? Keringatnya dalam menahan panas, perjuangannya menahan lapar,
tentulah ini semua juga akan berujung kebaikan demi kebaikan di akhirat nanti.
Amin allahumma amiin …
Jamaah
sekalian rahimakumullah …
Ketiga
: Mendapatkan Syafaat dengan Puasanya
Hal
ketiga yang akan didapatkan oleh orang berpuasa di akhirat nanti adalah syafaat
atau pembelaan dari amal puasanya. Sebagaimana jelas disebutkan Rasulullah SAW
dalam haditsnya, yang artinya: “Puasa dan al-Qur’an akan memberi syafa’at
kepada seorang hamba pada Hari Kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabbku, aku telah
menghalanginya dari makan dan syahwatnya di siang hari, maka izinkan aku
memberi syafa’at kepadanya.’ Al-Qur`an berkata, ‘Aku telah menghalanginya dari
tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafa’at kepadanya”. (HR Ahmad)
Subhanallah .. puasa dan bacaan
Al-Quran akan berubah menjadi pembela-pembela kita di akhirat nanti.
Memperjuangkan kita dengan memberikan syafaat agar kita terhindar dari fitnah
dan siksa perhitungan akhirat. Karena bisa jadi ada amal-amal kebaikan yang
belum sempurna tertunaikan, atau dosa yang belum sepenuh terlebur, maka syafaat
senantiasa masih kita nanti-nantikan, dan ternyata salah satunya bisa berasal
dari amal puasa kita.
Keempat:
Pintu Surga khusus “Arroyan” bagi orang yang berpuasa
Dalam
sebuah hadits yang panjang Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita kemuliaan
lain dari orang yang berpuasa , beliau menyebutkan dengan lisannya yang mulia :
“Sesungguhnya
di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang
yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun
yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka, ‘Di
mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan
tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika
mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang
masuk melalui pintu tersebut.”(HR Bukhori Muslim)
Jelas sekali bahwa ibadah puasa mempunyai kedudukan tersendiri
yang begitu mulia, hingga bagi mereka yang gemar berpuasa dan sukses dalam
puasa Ramadhannya mendapatkan pintu khusus yang disebut dengan Arroyan.
Tentunya kita semua berharap bisa memasuki pintu surga, dan bisa jadi insya
Allah melalui pintu Arroyan yang dijanjikan kepada ahlu shoum …. Amiin allahumma
amiin …
Jamaah
sekalian rahimakumullah
Kelima
: Kegembiraan Bertemu Allah SWT.
“Bagi
orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraan ketika
dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya”. (HR Bukhori)
Kegembiraan di kampung akhirat berikutnya adalah kesempatan
berjumpa dengan Allah SWT. Sungguh sebenarnya inilah puncak dari kebahagiaan
dan janji Allah kepada orang yang berpuasa, yaitu mendapatkan kemuliaan
tersendiri bertemu dengan Allah azza wa jalla. Amal puasa kita ternyata
bisa menjadi tiket tersendiri untuk mendapatkan impian setiap mukmin sejati
ini.
Akhirnya, tiada kata lagi setelah ini kecuali marilah
bersama kita lanjutkan program Ramadhan dan ibadah puasa kita dengan terus
menjaga semangat dan kekhusyukannya. Jangan ada lagi semangat yang mengendur di
tengah Ramadhan, apalagi lalai dalam mengisi Ramadhan dengan kebaikan dan
menyibukkan diri dengan persiapan mudik dan lebaran. Mari kita tuntaskan
Ramadhan dengan sepenuh kesungguhan dan harapan akan janji-janji Allah
sebagaimana telah disebutkan. Semoga Allah SWT memudahkan. (Syamsuddin, 2011)
Generasi Milenial Dambaan Umat
~ Oleh : Moh. Fajar Annur Ridwan ~
Abad ke-21 ini tentu sangat dirasakan dengan maraknya perkembangan
teknologi yang semakin memudahkan pekerjaan manusia dalam beraktivitas.
Mengingat imbas dari teknologi ini juga merambah pada kalangan milenial.
Tentu sudah tak asing lagi bukan, jika mendengar kata milenial atau ‘kids
zaman now.’
Sudah dua tahun terakhir ini bahkan, para remaja mendapat gelar baru dengan
sebutan-sebutan yang mengarahkan kepada perkembangan teknologi akhir zaman.
Sebutan lainnya yaitu generasi Z.
Remaja masa kini menorehkan tinta hitam yang menambah buram potret generasi
muda, Remaja yang sedianya menjadi harapan dan dambaan umat untuk menuju
kebangkitan islam justru banyak disibukkan dengan trend-trend baru yang
bahkan jauh dari etika musim sebenarnya. Budaya-budaya ketenaran, viral yang
tak habis masanya selalu datang bergantian. Nah sekarang mari melihat kembali
catatan-catatan sejarah, dimana Islam selalu mampu melahirkan generasi-generasi
hebat dambaan umat, yang walau diusia belia telah mampu menoreh tinta emas
dalam sejarah. Seperti mengharumkan nama Islam dan membuat Islam memenangkan
peradaban. Merekalah yang dengan ribuan pemuda lainnya memperjuangkan dan
mendakwahkan Islam dengan dorongan iman.
Mari kembali mengulas kisah Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Rasulullah
menjadi komandan pasukan kaum muslimin dalam penaklukan Syam padahal baru
berusia 18 tahun. Atau kisah Imam Syafi’i yang telah hafal Al-Qur’an diusia 9
tahun serta Ibnu Sina yang telah hafal Al-Quran diusia 5 tahun bahkan kemudian
mampu menjadi bapak kedokteran dunia. Tentu kita belum lupa kisah heroik
Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Konstatinopel dan mampu menjadi Sultan diusia
muda. Coba sejenak kita renungkan, apa bedanya kita yang ngakunya kids jaman
now dengan generasi muda Islam hingga membuat ketimpangan yang sungguh nyata
antara kepribadian kita dan kepribadian mereka para pejuang Islam. Bukankah
kita juga telah dipuji pemilik kehidupan sebagai umat terbaik?
Kids zaman now para muslim itu dimana senantiasa memanfaatkan teknologi
untuk semakin menambah rasa keimanan dan semakin mendekat pada sang Rabb.
Menjadi semakin rajin mengaji karena Al-qur’an elektronik sudah dengan mudahnya
untuk diakses. Berlomba-lomba dalam mengkhatamkan dan menghafal Al-qur’an
salah satunya. Barangkali, sudah tidak zaman jika generasi muda hura-hura.
sudah waktunya yang muda semangat cari pahala. Yuk buktikan Kids Jaman Now bisa
kebanggaan untuk muslim lainnya, dan mampu membiasakan adab dan etika seorang
muslim sejatinya. Wallahu’alam...
Istiqomah dalam Hijrah
~ Oleh : Rizki Prayoga Dewantoro ~
Para jamaah yang dirahmati ALLAH...
Pada hari ini kita telah memasuki hari ke ... pada
bulan suci Ramadhan ini, nah pertanyaannya amalan apa saja yang sudah kita
lakukan.
Sudahkah kita menjalankan amalan Sholat Tahajjud..?
Sudahkah kita menjalankan amalan Sholat Dhuha..?
Atau yang lebih umumnya sudahkah kita menjalankan amalan tadarus..?
Oleh karena itu saya ingin mengajak para jamaah sekalian, selagi kita
belum terlambat dan memang sebenarnya tidak ada kata terlambat untuk beribadah,
marilah kita tingkatkan lagi kualitas beserta kuantitas ibadah kita ini.
Para jamaah yang dirahmati ALLAH...
Ada beberapa fenomena yang kerap kita jumpai di
bulan Ramadhan ini, dari sekian banyak salah satunya adalah fenomena hijrah,
pasti tidak asing bukan dengan kata – kata hijrah?
Hijrah pada umumnya adalah perpindahan (bermacam tipenya)
Hijrah pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW, dimana Rosululloh memerintahkan umat Islam di Mekkah agar segera berhijrah
melakukan perjalanan ke kota Madinah, karna pada kala itu umat Islam di Mekkah
mendapat perlakuan yang tidak baik dari penduduk kota Madinah. Rosululloh pun
merasa khawatir akan umatnya, maka beliau pun memberi perintah kepada umat Islam
untuk hijrah ke kota Madinah.
Setelah umatnya sudah sampai di Madinah, barulah setelah itu Nabi
Muhammad beserta para sahabat lainnya menyusul ke kota Madinah, dan mereka
mendapat sambutan yang meriah dari penduduk kota Madinah.
Akan tetapi bukan berarti tujuan umat Islam hijrah ke Madinah untuk hidup
enak, justru di Madinah Rosululloh meningkatkan kekuatan militer Islam (salah
satunya), hingga tiba waktunya pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah
terjadi peristiwa Fathu Makkah, 10.000 pasukan Islam di bawah pimpinan Khalid
bin Walid melakukan pembebasan kota Makkah tanpa adanya pertumpahan darah, yang
artinya penduduk Makkah menyerah kepada pasukan Islam.
Para jamaah yang dirahmati ALLAH..
Berikut adalah sekilas dari contoh hijrah yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW. Berbeda dengan hijrah yang banyak dilakukan orang
jaman sekarang hijrahnya yaitu berupa sikap atau hijrah keimanan, yang tadinya
tidak menjaga auratnya menjadi orang yang menjaga auratnya, itu contoh kecilnya
ya. Mungkin kita pikir hijrah itu sulit, tetapi sebenarnya hijrah itu sendiri
mudah, yang sulit adalah bagaimana kita ber istiqomah dalam hijrah
Maka saya akan menyampaikan setidaknya 3 hal yang menyebabkan orang
istiqomah :
Yang pertama adalah AQIDAH
Yang kedua adalah UKHUWAH
Yang ketiga adalah SYARIAH
Aqidah yang pertama, Aqidah adalah jawaban dari
pertanyaan why, dan pertanyaan why ini apabila dijawab akan dapat
memberikan alasan yang kuat hingga memberikan seseorang kekuatan dalam jalan
yang ia pilih, misal : kenapa kita diciptakan?, kenapa kita harus beribadah?
Kenapa kita hijrah?, nah di sinilah timbul jawaban, timbul keyakinan bahwa kita
melakukan semua ini karena ALLAH , karena LILLAH.
Yang kedua adalah Ukhuwah, adalah teman – teman yang
membersamai kita. Teman – teman yang bersama kita dalam kebaikan. Karna tiap
hal mempunyai pola, kebaikan mempunyai pola kejahatan pun punya pola. Pola
kejahatan adalah sendiri, misal kita lihat orang yang berpacaran pasti mereka
mencari tempat yang sepi, tempat yang jarang dilalui orang lain. Maka pola dari
kebaikan adalah sebaliknya yaitu bersama, bersama dengan teman – teman hijrah,
komunitas hijrah, berkumpul dengan orang - orang shaleh, mengikuti majelis dan
lain sebagainya
Yang pertama tadi Aqidah, yang kedua Ukhuwah dan
yang ketiga adalah Syariah, adalah peraturan yang memaksa seseorang agar tidak
melakukan maksiat, misalkan di suatu lembaga pendidikan Islam yang menetapkan
peraturan bagi para siswa beserta pegawainya agar berpakaian islami. Bayangkan
jika di negara kita ini diberlakukan aturan – aturan yang berdasarkan ajaran Islam,
betapa banyaknya kemaksiatan yang tertunda.
Nah inilah yang pernah terjadi pada masa Rosululloh
SAW dan khalifah – khalifah setelahnya dari mulai Aqidah, juga Ukhuwah dan
dilengkapi oleh Syariah.
Fastabiqul Khoirot di Bulan Ramadhan
~ Oleh : Restu Rizal Nasrul Khaq ~
Kewajiban
Berpuasa
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita
sehingga kita di berikan nikmat sehat untuk bisa menunaikan ibadah saum di
bulan suci Ramadhan ini. Sholawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang selama ini menjadi suri tauladan kita
sebagai umat Islam.
Sebagai
umat Islam kita diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama 30 hari penuh di
bulan suci Ramadhan ini. Sebagaimana firman Allah SWT yang terkandung dalam
surat Al-Baqarah ayat 183 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Sangat jelas dari ayat tersebut di
tujukan kepada kita sebagai umat Islam di wajibkan untuk melakukan ibadah puasa
ini agar kita bisa menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Karena dengan ketaqwaan itulah yang
insyaallah akan menuntun kita menuju surganya Allah SWT.
Amalan Paling Besar Pahalanya di
Bulan Ramadhan
Selain melaksanakan ibadah puasa
kita sebagai orang yang beriman juga di anjurkan atau di perintahkan untuk
melaksanakan amalan-amalan shalih lainya antara lain :
1. Bersedekah.
2. Sholat Malam
3. Sholat Tarawih
4. Tilawatil
Al-Qur’an
5. Perbanyak
Sholawat
Dan amalan yang paling besar
pahalanya di antara amalan-amalan lainya adalah Tilawatil Al-Qur’an atau
Tadarus Al-Qur’an. Karena satu hurufnya dalam Al-Qur’an mengandung 10 kali
lipat kebaikan. Hal itu merujuk kepada hadits berikut ini :
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ
بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka
baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi
10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan
Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’,
no. 6469)
Maka dari itu, semakin banyak kita
membaca Al-Qur’an tentunya akan semakin banyak pahala yang akan kita dapatkan. Insyaallah.
Namun sayangnya masih banyak di antara
kita yang beralasan untuk tidak membaca Al-Qur’an antara lain ada yang
beralasan sibuk dengan pekerjaanya, sibuk ngurusin tugas, atau mungkin sibuk
mengurus anak-anak. Sungguh sangat disayangkan.
Padahal di akhirat nanti kita akan
dimintai pertanggungjawaban atas hal tersebut. Saat di Yaumul Hisab nanti ,
waktu amalan kita di hitung kita akan ditanya oleh Allah SWT tentang hal
mengamalkan Al-Qur’an. Tentunya kita tidak akan bisa beralasan lagi di depan
sang raja yang maha merajai lagi maha mengetahui. Allah sudah datangkan kepada
kita orang yang Allah hilangkan penglihatanya tetapi semangat dalam membaca
Al-Qur’an, semangat dalam mengamalkanya. Sedangkan kita sebagai orang yang di
beri fisik normal masih banyak beralasan untuk tidak membaca Al-Qur’an? Naudzubillah,
semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang tersebut.
Puasa yang Sia-Sia
Adapun yang hal-hal yang harus
ditinggalkan di bulan Ramadhan antara lain :
1. Perilaku
tercela
2. Berkata kotor
3. Bermaksiat
4. Berdusta
Sejatinya puasa adalah sebagai
perisai kita dari perbuatan-perbuatan tercela.
Nabi Muhammad SAW sudah
memperingati kita dengan peringatan keras :
Rasulullah bersabda :
من لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ
حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya : “Barangsiapa yang tidak
meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari
rasa lapar dan haus yang dia tahan.”
Apa yang dimaksud dengan az-zuur?
Imam As-Suyuthi rahimahullah mengatakan bahwa az-zuur adalah
berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti
melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang.
Maka dari itu marilah kita Fastabiqul
Khoirot di bulan yang penuh berkah ini, karena belum tentu kita bisa
menjumpai bulan suci Ramadhan ini di tahun-tahun berikutnya.
Dan semoga kita adalah termasuk
orang-orang yang mendapatkan berkahnya dan bisa istiqomah dalam ibadah di
tahun-tahun berikutnya sehingga kita bisa menggapai derajat taqwa untuk bisa
menuju surgaNya.
Dosa yang Tidak Terampuni
~ Oleh : Wahyu Miftakhul Huda ~
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ
ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا
عَظِيمًا ٤٨
Artinya :
Sesungguhnya Alloh tidak akan
mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari ( syirik )
itu bagi siapa yang di kehendaki-Nya. ( Q.S Annisa : 48 )
Pengertian kalimat
“dan Dia mengampuni segala dosa selain dari syirik “, artinya walaupun terpaksa
takut di bawa mati lantaran kurang banyak istighfarnya ketika masih ada umur,
maka dosa selain syirik itu masih bisa di ampuni oleh Alloh. Kalau dia sudah
masuk di dalam neraka akan Alloh keluarkan dari neraka itu. Akan tetapi kalau
dosa kemusyrikan sampai di bawa mati tidak di ampuni oleh Alloh, bahkan
dimintakan ampunan kepada Alloh dari keluarganya yang masih hidup pun tidak
boleh.
Marilah kita amati,
mengapa pada zaman sekarang banyak sekali orang yang terjerumus dalam kesesatan
? ada yang keluar dari agama Islam, ada yang menyekutukan Alloh dengan makhluk
lain? Hal ini terjadi karena mereka (manusia) lebih mementingkan perihal
duniawi saja seperti keluar dari agama Islam hanya untuk menikahi pasangannya
yang berbeda agama, diiming-imingi harta dunia dengan keyakinannya yang
digadaikan. Kemudian menyekutukan Alloh dengan yang makhluk-Nya seperti jin,
batu, keris, pohon, dan benda keramat lainnya.
Sekarang bagaimana
dengan permasalahan tersebut? Pahamilah kenikmatan dunia tidak ada apa-apanya
dengan kenikmatan akhirat. Jika diibaratkan seperti jarum jahit yang dicelupkan
dalam air yang berada di samudra luas. Orang-orang yang terjerumus dalam
kesesatan sesungguhnya adalah orang yang kufur nikmat.
Alloh menguji kita
itu dengan berbagai macam versi, di ataranya adalah nikmat sehat, nikmat
kecukupan, nikmat kekurangan, nikmat perasaan. Di antara nikmat-nikmat tersebut
manakah yang paling banyak membuat orang kufur nikmat sehingga mendorong
seseorang untuk menyekutukan Alloh? Yaitu nikmat kekurangan. Kita boleh merasa
bahwa rizki kita kurang , harta kita kurang, akan tetapi jangan sampai iman
kita juga kurang. Dengan demikian semua kekurangan yang kita rasakan akan
berbalik menjadi rasa syukur apabila kekurangan itu dilandasi dengan iman yang
kuat, karena jika kita sedang kekurangan belum tentu semuanya serba kekurangan,
kita sedang susah tetapi jasmani dan rohani kita sehat, semua keluarga bahagia
juga patut kita syukuri.
Kesimpulannya, apapun kenikmatan yang
kita rasakan pastikanlah selalu kita landasi dengan iman dalam diri kita
masing-masing agar kita tidak termasuk dalam golongan manusia yang kufur
nikmat.
Demikian sedikit ilmu yang bisa
saya bagi, bila terdapat banyak kesalahan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar