Kamis, 14 November 2019

Belajar Toleransi dengan Puasa

Belajar Toleransi dengan Puasa

Oleh: Moca Monica

Gambar : Pixabay
Ayat yang menjelaskan tentang kewajiban untuk berpuasa di bulan Ramadan, ALLAH bersabda pada QS.Al-Baqarah ayat 183 yang bunyinya
“Ya ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumush shiyamu kama kutiba ‘alal ladzina min qablikum la’allakum tattaqun”
Salah satu aspek dari ayat ini adalah “ kama kutiba ‘alal ladzina min qablikum” yang artinya Berpuasalah kalian sebagaimana orang-orang di wajibkan oleh Allah SWT sebagaimana orang-orang sebelum kalian. Artinya adalah orang-orang sebelum islam itu datang memang sudah di wajibkan untukberpuasa oleh Allah SWT bahkan sejakmanusia pertama di muka bumi ini, nabi adam dikisahkan dalam riwayat ketika melanggar prlanggaran Allah di surge memakan buah khuldi beliau kemudian berpuasa seketika melanggar peraturan Allah, begitu juga nabi nuh ketika beliau terkena musibah berupa banjir yang besardikisahkan dalam riwayat bahwa beliau juga melakukan puasa. Nabi Ibrahim AS kerika kayu-kayu dikumpulkan untuk membakan beliau maka nabi Ibrahim kemudian melakukan ritual puasa juga begitu juga nabi musa dan para nabi-nabi sebelum nabi Muhammad semua melakukan puasa, dalam momentum-momentum tertentu yang secara umum momentum-momentum itu adalah terkena musibah.
Pelajaran pertama adalah bahwa puasa bisa menjadi obat bagi kita ketika kita sedang sedih, sedang terkena musibah. Karenapuasa adalah satu-satunya amalan yang Allah katakan bahwa Allah sendiri yang kemudian mengganjarnya dan itu soal diri kita dan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang artinya ketika kita berada dalam kondisi yang sangat buruk terkena musibah maka kita butuh sesuatu untuk kita dekati, untuk kita curhat, untuk menenangkan diri kita jangan kepada manusia karena bias jadi tidak bijaksana dalam menjadi orang yang bias diajak bercurhat. Maka lakukanlah curhat itu dengan berpuasa ketika kitaterkena musibah, sehingga kita ada dalam kondisi yang sangat dekat dengan Allah dan menyebabkan kita berada didalam kedamaian meskipun kita sedang terkena musibah. Sebagaimana dilakukan dan di sunnahkan para nabi sebelum nabi Muhammad, dimana ketika mereka terkena musibah mereka melakukan puasa.
Pelajaran yang kedua dari penjelasan ayat tersebut adalah bahwa puasa ini mengajarkan kepada kita untuk toleran kepada umat-umat agama lain dari para nabi sebelum nabi Muhammad. Ada umat nabi is, yakni orang-orang nasrani. Umat nabi musa yakni orang-orang yahudi dan semua umat dari agama lain. Sebenarnya siapapun manusia itu mereka juga meyakini kebaikan dari puasa itu sehingga ingin menjadi titik bagi kita untuk toleran kepada umat dari agama lain atau siapapun saja karena ada suatu kebaikan bersama yang diyakini oleh kita semua salahsatunya adalah puasa.dimana puasa ini adalah amalan yang bukan hanya dilakukan oleh kita dan diwajibkan kepada umat nabi Muhammad tapi dilakukan oleh umat agama lain dan diwajibkan pada umat dari nabi sebelum nabi Muhammad
Pelajaran ketiga dari puasa ini adalah kita harus membedakan antara kebenaran dan kebaikan. Bahwa kita bias jadi berbeda tentang kebenaran dengan umat-umat agama lain, umat agama lain meyakini kitab suci yang berbeda dari kita meyakini nabi yang berbeda dengan kita, namun soal kebaikan semua obat itu adalah sama yakni bahwa kita harus merasakan rasa lapar yang dirasakan orang yang yang kekurangan itu adalah kebaikan yang diajarkan oleh semua agama bahwa kita harus menahan nafsu kita untuk mencaci orang lain itu adalah kebaikan yang diajarkan oleh semua agama. Artinya dalam hal kebaikan sebenarnya kita dengan agama lain sama-sama dianjutkan untuk berbuat baik.oleh karena itu ini seharusnya menjadi tempat bagi kita untuk bersama-sama dengan agama lain yakni melakukan kebaikan, berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagaimana diperintahkan dalam islam yakni Fastabiqul Khairat, berlomba-lombalah kamu dalam hal kebaikan bukan kebenaran. Biarkan kebenaran itu masing-masing orang, masing masing agama memiliki apa yang mereka yakini dan kita tidak mau memaksakan agama kita kepada siaapun, sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an; Laa Ikraha Fiddin “tidak ada paksaan dalam agama” maka puasa mengajarkan kepada kita untuk kemuadian berlomba-lomba dalam kebaikan karena puasa dia bukan hanya kebaikan bagi umat nabi Muhammad tapi kebaikan yang sudah dianjurkan kepada umat-umat terdahulu dari nabi-nabi sebelum nabi Muhammad dan umat islam. Semoga kita menjadikan puasa ini sebagai titik balik kita untuk toleransi dengan umat agama lain dan berangkulan dengan mereka untuk berbuat baik kepada siapa saja. Berbuar baik kepada orang-orang yang membutuhkan kebaikan tanpa melihat perbedaan agama, suku, mazhab, dan perbedaan-perbedaan lain, karena kebaikan bersifat universal, lintas agama, lintas segala-galanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us