Belajar Toleransi dengan Puasa
Oleh: Moca Monica
![]() |
Gambar : Pixabay |
“Ya ayyuhalladzina amanu kutiba ‘alaikumush
shiyamu kama kutiba ‘alal ladzina min qablikum la’allakum tattaqun”
Salah satu
aspek dari ayat ini adalah “ kama kutiba ‘alal ladzina min qablikum” yang
artinya Berpuasalah kalian sebagaimana orang-orang di wajibkan oleh Allah SWT
sebagaimana orang-orang sebelum kalian. Artinya adalah orang-orang sebelum
islam itu datang memang sudah di wajibkan untukberpuasa oleh Allah SWT bahkan
sejakmanusia pertama di muka bumi ini, nabi adam dikisahkan dalam riwayat
ketika melanggar prlanggaran Allah di surge memakan buah khuldi beliau kemudian
berpuasa seketika melanggar peraturan Allah, begitu juga nabi nuh ketika beliau
terkena musibah berupa banjir yang besardikisahkan dalam riwayat bahwa beliau
juga melakukan puasa. Nabi Ibrahim AS kerika kayu-kayu dikumpulkan untuk
membakan beliau maka nabi Ibrahim kemudian melakukan ritual puasa juga begitu
juga nabi musa dan para nabi-nabi sebelum nabi Muhammad semua melakukan puasa,
dalam momentum-momentum tertentu yang secara umum momentum-momentum itu adalah
terkena musibah.
Pelajaran
pertama adalah bahwa puasa bisa menjadi obat bagi kita ketika kita sedang
sedih, sedang terkena musibah. Karenapuasa adalah satu-satunya amalan yang
Allah katakan bahwa Allah sendiri yang kemudian mengganjarnya dan itu soal diri
kita dan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang artinya ketika
kita berada dalam kondisi yang sangat buruk terkena musibah maka kita butuh
sesuatu untuk kita dekati, untuk kita curhat, untuk menenangkan diri kita
jangan kepada manusia karena bias jadi tidak bijaksana dalam menjadi orang yang
bias diajak bercurhat. Maka lakukanlah curhat itu dengan berpuasa ketika
kitaterkena musibah, sehingga kita ada dalam kondisi yang sangat dekat dengan
Allah dan menyebabkan kita berada didalam kedamaian meskipun kita sedang
terkena musibah. Sebagaimana dilakukan dan di sunnahkan para nabi sebelum nabi
Muhammad, dimana ketika mereka terkena musibah mereka melakukan puasa.
Pelajaran yang
kedua dari penjelasan ayat tersebut adalah bahwa puasa ini mengajarkan kepada
kita untuk toleran kepada umat-umat agama lain dari para nabi sebelum nabi
Muhammad. Ada umat nabi is, yakni orang-orang nasrani. Umat nabi musa yakni
orang-orang yahudi dan semua umat dari agama lain. Sebenarnya siapapun manusia
itu mereka juga meyakini kebaikan dari puasa itu sehingga ingin menjadi titik
bagi kita untuk toleran kepada umat dari agama lain atau siapapun saja karena
ada suatu kebaikan bersama yang diyakini oleh kita semua salahsatunya adalah
puasa.dimana puasa ini adalah amalan yang bukan hanya dilakukan oleh kita dan
diwajibkan kepada umat nabi Muhammad tapi dilakukan oleh umat agama lain dan
diwajibkan pada umat dari nabi sebelum nabi Muhammad
Pelajaran
ketiga dari puasa ini adalah kita harus membedakan antara kebenaran dan
kebaikan. Bahwa kita bias jadi berbeda tentang kebenaran dengan umat-umat agama
lain, umat agama lain meyakini kitab suci yang berbeda dari kita meyakini nabi
yang berbeda dengan kita, namun soal kebaikan semua obat itu adalah sama yakni
bahwa kita harus merasakan rasa lapar yang dirasakan orang yang yang kekurangan
itu adalah kebaikan yang diajarkan oleh semua agama bahwa kita harus menahan
nafsu kita untuk mencaci orang lain itu adalah kebaikan yang diajarkan oleh
semua agama. Artinya dalam hal kebaikan sebenarnya kita dengan agama lain
sama-sama dianjutkan untuk berbuat baik.oleh karena itu ini seharusnya menjadi
tempat bagi kita untuk bersama-sama dengan agama lain yakni melakukan kebaikan,
berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagaimana diperintahkan dalam islam yakni
Fastabiqul Khairat, berlomba-lombalah kamu dalam hal kebaikan bukan kebenaran.
Biarkan kebenaran itu masing-masing orang, masing masing agama memiliki apa
yang mereka yakini dan kita tidak mau memaksakan agama kita kepada siaapun,
sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an; Laa Ikraha Fiddin “tidak ada paksaan
dalam agama” maka puasa mengajarkan kepada kita untuk kemuadian berlomba-lomba
dalam kebaikan karena puasa dia bukan hanya kebaikan bagi umat nabi Muhammad
tapi kebaikan yang sudah dianjurkan kepada umat-umat terdahulu dari nabi-nabi
sebelum nabi Muhammad dan umat islam. Semoga kita menjadikan puasa ini sebagai
titik balik kita untuk toleransi dengan umat agama lain dan berangkulan dengan
mereka untuk berbuat baik kepada siapa saja. Berbuar baik kepada orang-orang
yang membutuhkan kebaikan tanpa melihat perbedaan agama, suku, mazhab, dan
perbedaan-perbedaan lain, karena kebaikan bersifat universal, lintas agama,
lintas segala-galanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar