Cara Menghadapi Cobaan Hidup
Oleh Istighfarin
![]() |
Gambar : Pixabay |
Saudara-
saudara kaum muslimin rakhimakumullah , didalam surat Al-Ankabut ayat 2 Allah
SWT memberikan peringatan
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
bahwa mereka
tidak akan dibiarkan saja mengucap aamannaa, dibiarkan kami beriman kepada
Allah wahumlayuftanun padahal mereka belum diuji lebih dahulu. Hal ini berarti
bahwa seseorang apabila berani mengatakan amanna kami beriman kepada Allah,
maka hendaklah ia bersiap-siap untuk menghadapi ujian, setelah ujian datang
baru akan nampak nyata kadar dan kualitas keimanan yang dimiliki oleh
seseorang. Dari hal tersebut timbul
pertanyaan, mengapa orang yang beriman yang justru diuji oleh Allah SWT,
logikanya tentu ringan saja bahwa yang mengikuti ulangan disekolah tentu
anak-anak sekolah, kalau tidak sekolah tentu saja tidak perlu ikut ulangan,
makin tinggi kelasnya makin berat soal ulangan yang diberikan kepadanya.
Demikian pula dalam kehidupan beragama, justru yang beriman yang mendapat ujian
dari Allah SWT. Semakin tinggi nilai kualitas keimannnya, akan semakin berat
ujian dan cobaan hidup yang diberikan kepadanya. Nabi kita Muhammad SAW pernah
pula memperingatkan, beliau bersabda sesungguhnya ujian yang paling berat
adalah yang telah diberikan kepada para nabi-nabi, dibawah itu adalah para
auliya kemudian para ulama, bertahap kebawah dan kebawah diuji setiap orang
menurut keteguhan dan kekuatannya berpegang kepada agamanya. Jadi semakin teguh
kita berpegang pada ajaran agama, semakin dekat kita dengan aturan-aturan
agama, semakin berat ujian dan cobaan yang menimpa hidup ini. Maka persolan
inilah yang akan kita bicarakan pada peretemuan kali ini tentang cobaan-cobaan
yang datang menimpa kehidupan kita. Pokok persoalannya adalah QS Al-baqarah
ayat 155, Allah SWT menjelaskan jenis-
jenis ujian yang diberikan kepada kita orang-orang yang beriman, dalam surah
tersebut Allah SWT menjelaskan

walanabluwannakum
bisyay-in mina lkhawfi waljuu'i wanaqshin mina l-amwaali
wal-anfusi watstsamaraati wabasysyiri shshaabiriin
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. ( Q.S Al-Baqarah
155)
dan tentu dan
pasti kata Allah kami akan menguji kamu sekalian kami akan mencoba kamu
sekalian dengan sebagian kecil rasa takut, rasa lapar, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Ada lima macam jenis ujian yang dijelaskan dalam surah
tersebut.
Yang pertama walanabluwannakum bisyay-in mina lkhawfi,
kami uji kamu coba kamu dengan sebagian kecil dari rasa takut, setiap manusia
terlahir dengan membawa dua sifat yang kontroversil. Akan disebut apa seseorang
bergantung pada sifat mana yang lebih menonjol di dalam dirinya, tiap orang
punya rasa berani tiap orang juga punya rasa takut. Kalau beraninya lebih besar
daripada takutnya ia dinamakan pemberani, tapi kalau takutnya lebih besar dari
pada beraninya ia dinamakan penakut. Tapi yang jelas 2 sifat kontroversil ini
memang ada di dalam diri manusia. Akan diuji kamu sekalian dengan sebagian
kecil rasa takut, takut yang kadang-kadang tidak beralasan. Yang kaya takut
jatuh miskin, yang punya jabatan takut kehilangan jabatan dan pengaruhnya, yang
pada akhirnya yang hidup pun menjadi takut mati. Sesuatu yang sungguh tak
beralasan dan menimbulkan kegelisahan didalam kehidupan. Mari kita lihat dampak
yang ditimbulkan oleh rasa takut ini. Ada orang kaya yang takut jatuh miskin,
akibat rasa takutnya ini, pertama iya menumpuk-numpuk harta sebisa-bisanya
dengan menghalalkan segala macam cara, tidak peduli halal haram, tidak mengerti
haq dan batil, atau haq pantas yang makruf dan munkar tercela, yang penting ia
bisa menumpuk-numpuk harta, bisa menimbun-nimbunnya tidak cukup untuk dirinya sendiri,
kalau perlu anaknya sudah dipersiapkan untuk jadi orang kaya, cucunya sudah
disipakan jdi orang kaya, anak cucunya,cucu cucunya seluruhnya ia takut jatuh
miskin. Kemudian akibat dari rasa takut ini, ia pun terjebak kedalam penyakit
baqil bin pelit alias kikir. Tidak sedikitpun tergerak hatinya untuk memberikan
bantuan dan pertolongan kepada mereka yang memang memerlukannya. Termasuklah ia
ke dalam apa yang di peringatkan, orang-orang yang menumpuk-numpuk harta
kemudian menghitung-hitungnya, dia menyangka bahwa hartanya akan dapat
mengekalkan kehidupannya didunia ini, dia menyangka bahwa hartanya akan dapat
mengekalkan kebahagiaannya di dalam kehidupan ini. Maka kerjanya hanya menumpuk
dan menumpuk,dan dia sangat takut untuk jatuh miskin. Saudara – saudara kaum
muslimin rakhimakumullah lalu yang
kebetulan punya jabatan takut kehilangan kedudukan dan pengaruhnya , maka ia
akan melakukan segala cara dan jalan untuk menjaga keamanan dan ketengangan
dari jabatan yangs sedang didudukinya, hilang kesadaran bahwa jabatan adalah
amanah, hilang pengertian bahwa kedudukan adalah alat untuk berbuat baik dan
mengabdi kepada sesamanya, yang ada pikirannya adalah bagaimana menjaga
kedudukan dan pengaruhnya agar tetap ada dalam dirinya, segala cara pun
dilakukan dan kadang-kadang ia kehilangan kontrolnya,kemudian pada akhirnya
manusiapun di landa oleh perasaan takut
mati, sungguh tidak beralasan sama sekali. Karena mati adalah kewajiban bagi
semua yang bernama hidup, mati adalah merupakan suatu pintu yang setiap orang
akan masuk kedalam pintu itu, bahkan mati sesungguhnya merupakan nasihat di
dalam kehidupan kita. Saudara- saudara kaum muslimin rakhimakumullah yang kaya
takut miskin, yang punya jabatan takut kehilangan jabatan, kedudukan dan
pengaruhnya, dan pada akhirnya hiduppun menjadi takut mati. Sesunggunnya
takut-takut yang sungguh tidak beralasan sama sekali, jika orang kaya takut
jatuh miskin itu kemudian dia menghalalkan segala macam cara untuk menumpuk
kekayaannya yang tidak akan habis selama tujuh turunan kemudian diiringi dengan
sifat bakhil, sifat tertutup, sifat berpangku tangan melihat kesulitan dan
penderitaan orang lain, maka sesungguhnya ia tidak merasa bahwa harta merupakan
titipan dari Allah SWT, bahwa dia merupakan alat dan bukan merupakan tujuan didalam
kehidupan ini. Takut miskin merupakan suatu oenyakit yang mengakibatkan orang
lupa diri dan lupa daratan, takut kehilangan kedudukan dan pengaruh juga adalah
penyakit yang menyebabkan orang menghalalkan segala macam cara untuk menjaga
kedudukan dan jabatannya, dan takut mati adalah sesuatu yang tidak beralasan
sebab siapa yang berani hidup harus berani pula menghadapi mati, yang takut
mati tidak usah hidup saja, karena mati adalah kewajiban bagi semua orang yang
hidup, oleh karennya rasa takut yang tidak beralasan sesungguhnya merupakan
ujian, untuk menguji nilai-nilai keimananan yang ada di dalam diri seorang
hamba. Orang kaya diuji dengan hartanya, pejabat diuji dengan kedudukan dan
pengaruhnya,manusia hidup diuji dengan akan datangnya mati yang menjemput
kehidupannya.menghadapi ujian-ujian semacam ini, maka marilah kita menyadari
yang kaya tidak perlu takut miskin, dari Allah harta itu datang, kepada Allah
harta itu akan kembali, yang punya kedudukan dan pengaruh tidak perlu takut
kehilangan kedudukan dan pengaruhnya, karena jabatan sesungguhnya merupakan
amanah dari Allah SWT yang harus
dianggap sebagai kesempatan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya.
Ujian yang kedua waljuu'i , akan kami uji kamu dengan rasa lapar, kelaparan belum
tentu identik dengan kemiskinan, bahkan didalam surah an-nahl ayat 12 Allah SWT
memberikan contoh yang sangat nyata dan
jelas. Allah memberikan contoh, bagaimana keadaan suatu negeri yang
makmur, aman, tenang, tentram, rezekinya datang dari segala arah, tapi sayang
sekali penduduknya kufur dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada
mereka, akibatnya Allah timpakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan sebagai
akibat dari apa yang telah mereka lakukan. Marilah kita melihat contoh-contoh dalam al quran ini untuk melakukan intropeksi
di dalam diri dan kehiduoan kita. Adalah suatu keberuntungan bahwa kita sebagai
manusia dijadikan Allah sebagai khalifahnya
dipermukaan bumi ini, yang ditugaskan untuk membudidayakan alam, mengelola
dan mengambil manfaatnya bagi sebesar-besar manfaat di dalam kehidupan kita,
dijadikannya bumi untuk tempat tinggal kita sebagai hamparan dimana fasilitas
dan kebutuhan hidup kita tersedia, tinggal lagi kita pandai-pandai
mengelolanya, apalagi buat kita muslim yang tinggal dipersada nusantara
Indonesia tercinta ini. Suatu negara yang orang katakan untaian jamrud
katulistiwa, yang hijau ranau subur, makmur melahirkan slogan dengan kata gemah
ripah lohjinawi, tata tentrem, kerto raharjo. Negara yang demikian subur,
negara yang demikian indah, hijau ranau ini, apabila kita terkena penyakit
kufur kepada nikmat yang diberikan Allah kepada kita, dia tidak akan
mendatangkan ketenangan, dia tidak akan mendatangkan kesejahteraan, bahkan
boleh jadi menimbulkan kekacauan ketidaktenangan dan kelaparan ditengah negara
yang subur makmur. Inilah yang sangat menyedihkan, kenapa ini semua ini bisa
terjadi ? orang kufur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT. Diberikan
negara yang indah, subur, makmur, hijau ranau tapi dikelola dengan cara yang
brutal dan membabi buta, menguras sumber daya alam melampaui sebagaimana yang
seharunya sehingga memperkosa keadaan alam itu sendiri, hutan dan belukar yang
ditebang secara liar dan sembarangan akan melahirkan gurun-gurun pasir yang
gersang dan tandus, sehingga dengan demikian maka akan mengakibatkan malapetaka
bagi kehidupan manusia itu sendiri, begitu juga percobaan-percobaan ilmu
pengetahuan yang mengundang dan mengandung reaktor-reaktor nuklir akan
memberikan luka kepada alam itu sendiri, yang mengakibatkan akan kembali
merugian kepada makhluk bernama manusia. Saudara-saudara kaum muslimin
rakhimakumullah jadi dengan demikian di dalam negara yang demikian subur,
hijau, ranau, dan makmur bisa saja terjadi kelaparan apabila kita ingkar, tidak
mau bersyukur terhadap nikmat Allah yang diberikan kepada kita, kita kelola
alam ini seenak perut kita saja dengan tidak memikirkan akibatnya dikelak
kemudian hari nanti. Kita ambil satu contoh orang-orang tua kita dulu, pada
umur 60 th, 70 th kalau dia menanam kelapa, kalau kita tanya “kek, buat siapa menanam kelapa? Jawabannya pasti untuk
anak-cucu saya dibelakang kemudian hari. Orang yang bisa menanamkan sesuatu
untuk generasi yang akan datang itulah orang tua yang bijaksana, tapi orang
yang menanam sesuatu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri saja, maka itulah
orang yang hanya mementingkan diri sendiri atau egois tapi lebih celaka lagi
orang yang mau melakukan sesuatu yang akan meninggalkan akibat bagi generasi
yang akan datang, akibat yang tidak baik itulah orang yang aniaya, orang yang
dzalim dalam kehidupan kita. Bumi tempat kediaman manusia tinggal bukan satu wujud yang tanpa
batas, pernahkah kita membayangkan, hanya satu bumi untuk dihuni oleh 5 milyar
lebih dari makhluk bernama manusia, yang kadang-kadang pertumbuhan sarana untuk
menunjang kehidupan tidak sepesat pertumbuhan jumlah makhluk bernama manusia
itu sendiri. Oleh karena itu kita dituntut untuk pandai-pandai mengelola,
membudidayakan alam ini dengan tetap menjaga keseimbangannya sehingga bahaya
kelaparan yang merupakan ujian didalam kehidupan Insyaa Allah tidak akan kita
temukan di dalam kehidupan kita. Saudara-saudara kaum muslimin rakhimakumullah,
hal ini kelaparan dalam artian satu bangsa, bisa juga kelaparan dalam artian
dalam kehidupan pribadi daripada manusia. Hidup ini kata orang berjalan
bagaikan roda pedati, sekali tempo kita naik keatas, lain saat kita turun
kebawah, ada saatnya kita jaya, ada saatnya kita pun mengalami kemunduran, oleh
karena itu pasang surut kehidupan ini membuat orang seharusnya sadar, bahwa
pasang surut itu tidak harus menyebabkan pasang surutnya Ia dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah SWT. Kelaparan boleh jadi merupakan ujian untuk menguji
nilai-nilai keimanan sesorang. Apabila dalam kondisi lapar imannya mantap,
imannya teguh , imannya kuat, maka dalam kondisi dimana perutnya tidak lapar,
tentu iman itu akan lebih bertambah mantap lagi. Kalu orang perutnya kenyang ,
berisi penuh lalu imannya stabil kemudian saat kelaparan imannya pun mengalami
penurunan. Maka disitu nyata disaat ia diuji dengan kelaparan kualitas imannya
ikut menyurut, mundur kebelakang dan mengalami proses degradasi, proses
peluncuran dan penurunan. Oelh karenanya marilah kita menyadari Allah SWT senantiasa memeberikan yang terbaik
kepada kita bersama. Kelaparan, apabila kita terima dengan sikap lapang
dada,tidak akan menyebabkan kita jadi berbuat nekat, tetapi kita tetap dalam
kontrol, dalam keadaan stabil, tidak keluar dengan melakukan
perbuatan-perbuatan yang negatif, bagaimanapun kita ingin membela dan mempertahankan
kelangsungan hidup, bagaimanapun juga kita ingin menjaga kelangsungan perut,
tapi kita tidak keluar dari norma-norma dan kaidah-kaidah yang telah ditentukan
di dalam kehidupan beragama. Inilah cobaan yang kedua yang ada dijelaskan di
dalam al baqarah ayat 155 berupa keluparan.
Yang ketiga
adalah mina l-amwaali
kekurangan harta dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan ujian dari Allah SWT
untuk menguji sejauh mana kekuatan iman yang kita miliki di dalam kehidupan,
tetapi sesungguhnya kekayaanpun hakikatnya juga merupakan ujian dalam
kehidupan. Namun umumnya manusia akan
merasa lebih diuji jika dia miskin dari pada saat diuji dengan jikalau dia
menjadi orang kaya. Pada sisi lain kenyataan mengatakan banyak orang lulus diuji
ketika diuji dengan kemiskinan, tetapi gagal berantakan ketika diuji dengan
kekayaan. Kemiskinan pun apabila kita lihat dari segi kehidupan banyak macam
bentuknya, ada kemiskinan dibidang ilmu pengetahuan, kemiskinan dan kebodohan
merupakan dua saudara yang seakan-akan sekandung. Kemiskinan bisa mebimbulkan
kebodohan, kebodohan bisa menimbulkan kemiskinan, tapi yang paling celaka sudah
miskin bodoh pula.yang kedua miskin akhlak, hal ini lebih parah lagi dari
miskin ilmu,karena menyebabkan orang kurang hajar, tidak punya budi pekerti,
sehingga dengan demikian miskin akhlak lebih bahaya dari pada miskin ilmu.
Adapun yang dimaksud dalam ayat ini adalah miskin harta. Imam Ali
karamahuwajaha pernah memberikan suatu peringatan boleh jadi kemiskinan
mendekatkan orang kepada kekufuran, dengan kata lain kemiskinan biasanay bisa
membuat orang nekat, kalau sudah nekat maka bukan hanya harga diri yang dijual,
keluarga yang dijual, bukan hanya nilai materi yang dimilkinya yang terjual,
bahkan iman dan kenyakinannya, akidah dan pandangan hidupnyapun tidak akan
segan-segan digadaikannya dijualnya untuk mengatasi kemiskinan. Padahal selalu
diingatkan pandangan dan keyakinan iman sesungguhnya merupakan intan paling
mahal , mutiara paling berharga di dalam kehidupan kita. Maka kemsikinan
merupakan ujian, banyak orang kebal berhadapan dengan segala macam cobaan, tapi
pada saat diuji dengan kemiskinan ia tidak tahan diri, ia tidak sanggup
mempertahankan iman dan aqidahnya, maka aqidah yang satu-satunya ikut terjual.
Marilah kita menyadari bahwa kemiskinan yang diberikan kepada kita merupakan
ujian yang dieberijan Allah kepada kita untuk menguji nilai-nilai keimanan
kita.
Yang keempat
adalah wal-anfusi, kekurangan jiwa
atau kematian, saudara-saudara kaum muslimin rakhimakumullah, yang hidup takut
mati, padahal semua makhluk hidup haruslah mati. Bagaiamanapun kita takut mati,
bisakah kita menghindarkan diri dari nya? bagaimanapun kita tidak ingin bertemu
dengan malaikat maut, bagaimana kita bisa menghindar ? kemana kita akan lari
apabila dia sudah datang menjemput nyawa. Karena itu memang ada satu prinsip
yang dijelakan oleh para ulama kita iskariman aumut syahidan, mati dan hidup
dua hal yang tak terpisahkan, oleh karenanya kalau memang hidup, hiduplah
secara mulia, kalau mati maka matilah secara syahid. Hidup mulia atau mati
syahid ! jangan terbalik hidup sia-sia mati konyol. Nilai yang tidak ada
artinya, alangkah mulia hidup yang berisi kemuliaaan dan alangkah indahnya mati
dalam nilai syahid. Mati sesungguhnya juga merupakan ujian untuk menguji sejauh
mana persiapan yang sudah dilakukan dalam kehidupan ini untuk menyambut dan
tidak sekedar untuk menyambut tapi juga untuk mengarungi kehidupan sesudah
kematian itu sendiri. Sebab kematian bukan akhir dari segalanya, kematian
merupakan suatu pintu dimana kita akan masuk didalamnya, akan berjalan kembali
menelusuri fase-fase kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
Pembicaraan mengenai kematian inipun bisa kita evaluasi, ada yang takut mati
usahanya, ada yang takut mati karirnya, ada yang takut mati rezekinya, ada yang
takut mati batinnya, ada yang takut mati jasmaninya, dan sebagainya.
Yang kelima watstsamaraati, kekurangan
buah-buahan bisa berarti paceklik ini juga bisa diartikan orang kufur kepada
nikmat yang diberikan Allah SWT, orang jauh dari petunjuk-petunjuk agama,
merasa segala kemampuan bisa dipecahkan dengan otaknya, hilang segala
ketergantungannya kepada Allah SWT, maka usahanya bisa berakhir dengan yang
tidak diharapkan. Seperti contohnyatanya tikus yang meggarap sawah menyerbu
padi, ulat menyerbu pohon jambu, angin topan, puting beliung, gempa bumi. Itu
sudah proses diluar kemampuan manusia untuk mendeteksinya bahwa setiap manusia
sadar dan berusaha sesuai keterikatannya dengan hukum alam, kepada sunnatullah,
maka ia harus punya sandaran vertikal kepada Allah SWT. Agar saat usahanya
berhasil ia tidak lupa diri dan daratan, dan apabila usahanya ternyata gagal ia
tidak menjadi putus asa, buruk sangka, sempit hati, cupit pandangan. Cobaan
datang dari Allah SWT berupa kekurangan buah alias paceklik.
Menghadapi 5
macam cobaan ini, apa konsep dan jalan keluarnya ? kalimat selanjutnya dalam
surah tersebut menjelaskan wabasysyiri shshaabiriin. Menghadapi macam-macam ujian dalam hidup baik
rasa takut, kelaparan, kemiskinan, kurang jiwa, dan kekurangan buah-buahan
dengan gembirakan orang-orang yang sabar. Siapa orang yang sabar ?

(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".( Q.S Al-Baqarah ayat 156)
Bukan hanya
sekedar ucapannya tapi penghayatannya kepada filsafat yang terkandung dalam
kalimat tadi. Kalau suatu saat kita akan kehilangan harta yang kita miliki,
kenapa tidak berpikir innalillahi wa innalilaihi rojiun, bahwa dulu ketika kita
lahir di dunia ini tidak ada harta yang saya bawa, kalau sekarang harta itu
hilang maka innalillahi wa innnailahi rojiun. Begitu pula jika kehilangan jabata dan kedudukannya, keluarga yang
meninggal. Maka jika banyak ujian
bertumpu menimpa jika berpegang pada pedoman kalimat tersebut rasanya tidak ada
lagi yang membuat kita goyah, karena pondasi yang membuat kita berdiri
sudah demikian kokoh dan kuat. Keyakinan
ini akan menanamkan kelapangan jiwa, dari kelapangan jiwa maka akan tertanam
ketenangan dan ketentraman dan jauh dari rasa takut. Inilah jalan keluar bahwa
segala yang datang dari Allah akan kembali kepada Allah. Semoga dengan sikap
ini kita akan lapang dada menghadapi ujian, dan akan semakin tangguh iman dan
aqidah kita menghadapi cobaan yang datang menimpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar