Senin, 04 November 2019

Patience or Gratitude?

Patience or Gratitude?

~ Oleh : Rhaka Surya Hutama ~

Gambar : Pixabay

Kata apa yang kita pakai sebagai perwujudan sikap, ketika kita mendapatkan pemberian dari Allah Swt. Mungkin, dengan sikap sabar atau dengan rasa syukur. Disaat kita duduk termenung memikirkan usaha yang gagal atau lamaran yang ditolak, dan memikirkan cara apa lagi yang harus dilakukan agar berhasil, dan tak lama kemudian datang sahabat kita dan memperhatikan, dengan ucapannya dia mengatakan, “Yang sabar ya ini mungkin ujian dari Allah”, sembari menepuk pundakmu dengan tangan kanannya. Dengan kata sabar mengartikan kita harus tahan menghadapi permasalahan itu, dan segera lekas untuk beranjak dari permasalahan itu, dan melanjutkan usaha kita.
“Hari ini cuma dapet segini”, kata Ayah yang kemudian memberikan hasil upah kerjanya seharian kepada Ibu, “Alhamdulillah, bersyukur kita masih bisa dapet rezeki” kata Ibu yang mulai memijat pundak Ayah dengan kedua tangannya. Kata syukur dapat kita pakai ketika kita telah mendapatkan sesuatu atas pemberian Allah SWT atau setelah kita terlepas dari permasalahan. Tapi kedua kata ini memiliki perbedaan yang tipis.
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّي فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي وَلَمْ تَعْرِفْهُ فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ فَقَالَ إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى
Artinya : “Sesungguhnya sabar itu pada pertempuran yang pertama”. Diriwayatkan oleh  Imam Ahmad, Imam Hadits yang Enam, dari Anas bin Malik.
Sikap sabar kita bisa menjadi pintu awal terbukanya kebaikan yang lain, sesuai dengan hadits di atas bahwa sabar adalah pertempuran yang pertama, jika kita berhasil lolos dari pertempuran itu maka kita akan dapat rasa syukur karena masih bisa menerima dan tahan akan ujian yang datang.

            Barangkali kita memaknai kata sabar sebagai wujud kekuatan iman kita, yang tahan terhadap cobaan, dan percaya bahwa Allah SWT. memberikan ujian sesuai dengan kemampuan umatnya. atau kita bersyukur dari pemberian yang diberikan kepada Allah SWT. dan yakin bahwa Allah SWT. akan memberikan nikmat yang lebih kepada umatnya.

Allah SWT. berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ`
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".  Q.S Ibrahim ayat 7
            Sebenarnya manakah hal yang lebih baik perlu kita lakukan untuk menjadi umat yang takwa, Apakah kita harus bersabar atau apakah kita harus bersyukur?”. Dan pemaknaan arti dari kedua kata ini memiliki tujuan agar umat semakin paham atas kebesaran, kita tidak semena-mena menggunakan kata sabar dan syukur hanya sebagai arti dari lisan saja, tapi arti yang kita yakini dalam hati kepada Allah SWT.
Semua hal di bumi ini tidak tiba-tiba tercipta dengan sendirinya tanpa ada kehendak dari yang maha besar karena Allah maha besar yang sempurna dalam pembentukan bumi dan alam semesta, dan takdir yang telah dituliskan kepada umat manusia sebelum dia dilahirkan. Semua itu sudah direncanakan sebelumnya terlahir.

Pemaknaan dari kata “Sabar”

            Pada bulan Ramadan umat Islam melakukan puasa. Dalam ibadah puasa terdapat unsur kesabaran menahan rasa lapar, haus, dan meninggalkan syahwat. Hal ini ditunjukkan oleh firman AllahAzza wa Jalla dalam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits qudsi, yang artinya), ‘Dia meninggalkan syahwatnya karena-Ku. (Diringkas dari Fat-hul Bâri (IV/107-108)
Kemudian Rasulullah  bersabda, “Dengan berpuasa, tidak ada yang menyamainya”.
Karena dengan bersabar berarti menjauhkan diri dari hasrat dan nafsu, rasa amarah pada diri dan hal-hal buruk yang juga menjauhkan diri makan, minum, dan bersenggama. Sangat besar nilai dari sebuah kesabaran dan prioritas dari kesabaran itu sendiri.
Dalam sebuah surat Allah Swt. berfirman:
إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ الْفَائِزُونَ
Artinya : Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang". (Q.S Al-Mu’minun ayat 11)
Allah Swt. juga memberikan kebahagiaan kepada umat yang senantiasa menahan kesabarannya.
Terlebih lagi kesabaran terkutip di dalam Al-Qur’an sekitar pada 90 tempat dan ini membuktikan bahwa kesabaran memiliki prioritas lebih dari rasa syukur. Dan jika membandingkan keduanya dari sebuah hadits, bahwa kesabaran memiliki jumlah yang lebih besar dari rasa syukur, karena banyak hadits yang menyebutkan tentang itu di dalam semua bab hadits.
Pemaknaan kata Syukur

Allah Swt. berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ`
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".  Q.S Ibrahim ayat 7
Dari sikap rasa syukur kita yang kita lakukan, Allah Swt memberikan sesuatu yang jelas yang berupa nikmat, berbeda dengan kesabaran Allah Swt menjelaskan secara umum atau arti dari pemberian dari sikap sabar adalah pemberian lebih besar daripada kenikmatan yang berarti secara khusus.
Ibnu Al Jauzi, mengatakan tiga hal yang berkaitan dengan kesabaran dan rasa syukur :
Pertama,  kesabaran lebih  baik daripada, rasa syukur. Kedua, rasa syukur lebih baik daripada kesabaran. Ketiga, Keduanya berarti sama.
Menurut beliau, walaupun kesabaran lebih baik daripada rasa syukur dan juga sebaliknya tapi tetap saja, menurut beliau semuanya tetap bernilai sama. Walaupun kesabaran lebih luas penempatannya
dan pemaknaannya tapi hal itu juga sesuai dengan yang akan didapat dari sebuah nilai kesabaran.
Umar bin Khatab R.a berkata, “Jika kesabaran dan rasa syukur menjadi bentuk seperti unta, maka aku tidak peduli, dimana aku harus menungganginya”.
Kesabaran bisa dimana saja secara universal, entah itu sabar menahan cobaan secara lahir maupun batin. Dimanapun tempat yang disinggahi, kapanpun waktu yang berjalan, sikap sabar selalu ditanamkan di dalam diri. Karena Allah Swt senantiasa memperhatikan umatnya dimanapun kapanpun, dan tidak ada yang bisa sembunyi dari penglihatan Allah Swt.
Contoh lain pada sebuah hadits berikut ini
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah  bersabda:
Barangsiapa yang makan dengan rasa syukur, sama tempatnya dengan orang yang berpuasa dengan sabar”
[al-Tirmidhi 2486, Hasan. And Ibn Khuzaimah declared it sahih in his collection (1898), as did Ibn Hibban (952) and al-Haakim (4/136). And al-Dhahabi agreed with that. It is also recorded in Ibn Maajah 1764, hasan. And Al-Albaani declared it sahih in al-Silsilah al-Saheehah 2/258]
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa kesabaran dan rasa syukur memiliki derajat yang sama walaupun proses penerapannya berbeda, karena keduanya memiliki arti untuk takwa kepada Allah Swt. tanpa ada perasaan penolakan.
            Kedua arti kata sabar dan syukur menjadi dasar akan sikap yang akan dilakukan, tidak bermaksud untuk membandingkan keduanya mana yang lebih dan mana yang tidak, dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Syukur dan sabar adalah sama, tidak ada yang beda, ditujukan kepada ¬Rabb penguasa alam semesta.  Umat Islam hanya harus berusaha untuk menjadi hamba yang senantiasa bersabar dalam menghadapi sesuatu dan dan bersyukur dari apa yang didapat.
Semoga kita menjadi umat yang selalu bersabar dan bersyukur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us