Selasa, 05 November 2019

Menyikapi Kesalahan

Menyikapi Kesalahan

Oleh Alayya Indika Bayani
Gambar : Pixabay

Dalam berinteraksi dengan orang lain  mau tidak mau, suka tidak suka,sengaja atau tidak sengaja pasti akan terjadi singgung menyinggung dan luka melukai perasaaan. Andaikata perasaan kita yang terluka atau dilukai oleh orang lain, maka Islam mengajarkan tida sikap meresponya. Pertama, menahan marah; kedua, memberi maaf; ketiga, membalasnya dengan kebaikan. Sikap yang pertama minimal, yang kedua lebih baik, dan yang ketiga paling baik. Allah SWT berfirman:
Q.S. Ali Imran 3:134
Ų§Ł„َّŲ°ِŁŠŁ†َ ŁŠُŁ†ْŁِŁ‚ُŁˆŁ†َ ŁِŁŠ Ų§Ł„Ų³َّŲ±َّŲ§Ų”ِ ŁˆَŲ§Ł„Ų¶َّŲ±َّŲ§Ų”ِ ŁˆَŲ§Ł„ْŁƒَŲ§ŲøِŁ…ِŁŠŁ†َ Ų§Ł„ْŲŗَŁŠْŲøَ ŁˆَŲ§Ł„ْŲ¹َŲ§ŁِŁŠŁ†َ Ų¹َŁ†ِ Ų§Ł„Ł†َّŲ§Ų³ِ ۗ ŁˆَŲ§Ł„Ł„َّŁ‡ُ ŁŠُŲ­ِŲØُّ Ų§Ł„ْŁ…ُŲ­ْŲ³ِŁ†ِŁŠŁ†َ 

Arab-Latin: Allażīna yunfiqį»„na fis-sarrā`i waįø-įøarrā`i wal-kāįŗ“imÄ«nal-gaiįŗ“a wal-'āfÄ«na 'anin-nās, wallāhu yuįø„ibbul-muįø„sinÄ«n
Terjemah Arti: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

1. Menahan Marah
Marah adalah emosi yang tak terkendali yang mendatangkan damai negatif kemudian disesali. Ketika orang marah lebih banyak dikendalikan oleh emosinya. Sehingga kadang iaberlaku seperti orang bodoh. Tidak berpikir panjang dengan apa akibarnya nanti. BIsa jadi, alat-alat rumah tangga, benda-benda berharga menjadi pelampiasan amarahnya.

Jangan marah bukan berarti tidak boleh marah
Tidak boleh marah bukan membiarkan kesalahan dan kemungkaran atau sering disabut nahi mungkar. Nahi mungkar adalah hal yang baik dan yang dituju nahi mungkar adalah perbuatan tidak benar. Sedangkan yang dituju marah adalah pribadi yang melakukan kesalahan bukan perbuatannya, sehingga orang marah banyak dikendalika oleh emosi.
Andaikata kita tidak bisa menguasai amarah dalam diri, maka ia boleh  menghindar untuk menenangkan diri dan menguasai nafsu amarahnya.

2. Memberi Maaf
Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf kepada orang lain tanpa rasa benci dan keinginan untuk membalasDalam Bahasa Arab al’fuwu yang berarti kelebihan atau yang berlebihDalam Bahasa Arab al’fuwu yang berarti kelebihan atau yang berlebih, yang berlebihan harusnya di berikan agar keluarKeluar dalam al’afwu maknanya menjadi menghapus.Dalam konteks bahasa berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati.
Orang yang dapat menahan amarahnya belum tentu dapat memberi maaf pada orang lain. Ketika  memberi maaf harus juga dilakukan sebelum orang lain meminta maafSikapini ditunjukan kepada orang lain tanpa rasa benci dan keinginan untuk membalas.
Dendam Adalah Lawannya Pemaaf
Dendam adalah menahan rasa permusuhan didalam hati dan menunggu kesempatan untuk membalasSeorang pendendam tidak ada kata maaf sebelum memdapat kesampatam membalas rasa sakit hatinya. Sifat ini tidak hanya merusak pergaulan tapi juga merusak dirinya sendiri. Energinya banyak terkuras dengan memelihara dan berusaha membalasnya. Ia merasa sakit apa bila melihatnya, ia akan memikirkan segala cara dan  momem yang tepat untuk melampiaskan rasa sakitnya. Orang yang pendendam juga sebenarnya tidak mau mendapat “ampunan” dari Allah Subhanahu wata’ala
Berlapang Dada Beriringan Pemaaf
Dalam bahasa Arab ash-shathu yang etimoiogis berarti lapang dan dapat diartikan kelapagan dada. Berjabat tangan dinamai dengan mushafahah, Karena melakukannya memjadi pertanda kelapangan dada.

Ibarat menulis di selembar kertas, jika terjadi kesalahan tulis dan kesalahan tulis itu akan dihapus dengan alat peng hapus. Namun serapi-rapi meng hapus tentu akan meninggalkan bekas, bahkan bisa kusut. Supaya lebih baik dan lebih rapi, sebaiknya diganti saja kertasnya.
Berdasarkan permisalan itu, menghapus kesalahan disebut memaafkan, sedangkan berlapang dada adalah menukar lembaran kesalahan dengan lembaran yang baru sama sekali. Jadi berlapang dada menuntut untuk membuka lembaran baru. Sehigga hubungan yang ternodai, tidak kusut dan tidak seperti halaman yang dihapus.
3. Berbuat baik
Setelah menahan marah dan memberi maaf, sikap selanjutnya adalah membalasnya dengan kebaikan. Membalasnya dengan kebaikan adalah sikap terbaik dalam merepon kesalahan orang lainIstilah Al Quran disebut ihsan, orang-orang nya disebut al muhsinin.
Enaknya kalau orang baik kita baik, kalau orang jahat kita juga bisa. Tapi sikap balas-membalas bukan sikap mulia. Jika kita dihina, lalu kita balas menghina maka kita sama-sama hina dengan dia. Kalau kita dimaki, lalu kita balas memakinya maka kita sama-sama tidak terhormat dengan orang itu. Derajat seseorang akan diangkat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala justru saat membalas keburukan dengan kebaikan.
Tidak semua kesalahan bisa dimaafkan dengan tidak melakukan tindakan apapun. Karena kesalahan yang berat atau tindakan pidana tidak semua dapat diselesaikan denagn saling memaafkan. Ada tindakan pidana sekalipun sudah dimaafkan tetap harus diproses secara hukum karena memnyangkut kepentingan publik untuk mendapatkan rasa aman dalam kehidupan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us